REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi yang baru-baru ini dipublikasikan dalam International Journal of Cancer mengungkap kebiasaan minum secangkir teh panas dalam jangka panjang memunculkan risiko terkena kanker kerongkongan. Kesimpulan itu didapatkan oleh para peneliti setelah mempelajari lebih dari 50 ribu peminum teh antara usia 40 dan 75 tahun di provinsi Golestan, Iran, selama kurang lebih 10 tahun.
Selama periode waktu itu, mereka mengidentifikasi 317 kasus baru kanker kerongkongan. Lebih khusus lagi, menurut peneliti, peserta yang minum 700 mililiter atau lebih teh per hari pada suhu 60 derajat Celcius memiliki 90 persen risiko kanker kerongkongan yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak meminum teh.
Studi ini pun bukan yang pertama untuk menghubungkan antara minum teh panas dan peningkatan risiko terkena kanker kerongkongan. Peneliti melihat belum ada riset yang meneliti hubungan suhu minum teh secara prospektif dan obyektif.
"Banyak orang menikmati minum teh, kopi, atau minuman panas lainnya. Namun, menurut laporan kami, minum teh yang sangat panas dapat meningkatkan risiko kanker kerongkongan dan karena itu disarankan untuk menunggu sampai minuman panas menjadi hangat sebelum minum," kata anggota American Cancer Society dan penulis utama studi Farhad Islami dalam pernyataan resmi, dikutip FoxNews, Jumat (22/3).
Suhu minuman yang menempatkan orang pada risiko yang meningkat, bukan jenis minuman yang dikonsumsi. Dalam studi tersebut, para peneliti mengatakan, minum yang terlalu panas dapat menyebabkan "cedera termal" yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemungkinan terkena kanker kerongkongan di kemudian hari.
"Karena tidak ada manfaat kesehatan yang diketahui dari minum minuman yang sangat panas, akan masuk akal untuk menyarankan orang-orang di Golestan dan di tempat lain untuk menunggu minuman panas mereka menjadi dingin sebelum minum," kata para peneliti menyimpulkan.