REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data GLOBOCAN 2018 menunjukkan angka kematian akibat kanker serviks mencapai 18.279 per tahun. Artinya, ada sekitar 50 perempuan Indonesia yang meninggal setiap hari karena penyakit yang disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV) ini.
Kanker serviks memang merupakan jenis kanker yang cukup banyak menyebabkan kematian pada perempuan. Kabar baiknya, kanker serviks bisa dicegah melalui vaksinasi HPV.
Vaksin HPV bivalen dapat melindungi perempuan dari ancaman infeksi HPV subtipe 16 dan 18. Sedangkan vaksin HPV kuadrivalen dapat melindungi perempuan dari ancaman infeksi HPV subtipe 6, 11, 16 dan 18.
"Dua ini (HPV subtipe 16 dan 18) merupakan 70 persen penyebab kanker serviks," ungkap perwakilan Yayasan Kanker Indonesia DKI Jakarta dr Venita Eng MSc saat ditemui Republika.co.id dalam diskusi kesehatan dan pemberian vaksinasi HPV bersama Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS), Cinta Laura dan Yuki Kato, di Jakarta.
Artis Yuki Kato mendapatkan vaksin HPV sebagai upaya perlindungan dari kanker serviks.
Di samping melakukan vaksinasi HPV, perempuan juga sangat disarankan untuk melakukan skrining kanker serviks secara berkala. Skrining diperlukan karena sekitar 30 persen dari kasus kanker serviks dapat disebabkan oleh sub tipe HPV lain yang saat ini belum dapat dicegah melalui vaksinasi HPV.
Venita mengatakan skrining kanker serviks perlu dilakukan bahkan untuk perempuan yang sudah memasuki masa menopause. Skrining kanker serviks sebaiknya dilakukan secara rutin meski perempuan tidak mengalami keluhan atau gejala hingga mereka mencapai usia 65 tahun.
"Kalau pas 65 tahun cek, sudah pernah cek dua kali berturut turut hasilnya negatif, habis itu nggak cek lagi tidak apa-apa. Tapi kalau mau tetap cek boleh. Cuma risikonya sudah mulai turun," jelas Venita.
Dengan skrining, kanker serviks bisa ditemukan sejak stadium awal sehingga respons pengobatan dan harapan hidup yang dimiliki perempuan lebih baik. Skrining juga perlu dilakukan agar kanker serviks bisa ditemukan sejak stadium awal.
Pada stadium awal, kanker serviks umumnya tidak bergejala sehingga tidak disadari oleh perempuan. Ketiadaan gejala pula yang membuat penderita kanker serviks seringkali terlambat untuk memeriksakan diri ke dokter.
Venita mengatakan, data yang dimiliki oleh RSCM menunjukkan bahwa sekitar 70 persen perempuan datang ketika sudah memasuki stadium lanjut, yaitu stadium III atau stadium IV.
"Itu pengobatan sudah susah banget dan harapan hidupnya sampai lima tahun ke depan itu rendah sekali," ujar Venita.