Selasa 26 Mar 2019 14:10 WIB

Duduk Lama di Depan Ponsel Munculkan Risiko Perapuhan Tulang

Anak kurang bergerak dan banyak bermain ponsel hadapi risiko perapuhan tulang dini

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Anak main ponsel. Ilustrasi
Foto: The West
Anak main ponsel. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak yang menghabiskan waktu terlalu lama di depan ponsel menghadapi risiko kesehatan jangka panjang. Mereka akan menghadapi risiko patah tulang pinggul yang serius di usia 40-an dan 50-an.

Profesor penuaan dan kesehatan Dawn Skelton mengatakan anak-anak saat ini jauh lebih santai daripada generasi sebelumnya. Mereka kurang berolahraga, terlalu banyak naik lift, dan melihat layar selama berjam-jam.

Baca Juga

Kebiasaan yang dibangun itu nantinya akan membuat tulang mereka melemah dan patah lebih awal dari biasanya. Sejak anak-anak, seharusnya kegiatan yang membuat tubuh bergerak sangat perlu dilakukan ketimbang banyak berdiam diri saja.

"Kaum muda perlu bergerak dan melompat agar tulang mereka tumbuh dengan baik karena mereka membangun sebagian besar tulang mereka pada saat mereka mencapai pubertas. Setelah usia 15 tahun itu tidak mudah untuk membetulkan tulang, dan pertumbuhan melambat secara signifikan," kata penasihat Royal Osteoporosis Society dikutip dari NZ Herald, Selasa (26/3).

Skelton telah mendesak orang tua untuk menerapkan jeda layar setiap jam dan mendorong anak-anak untuk lebih aktif melalui jalan kaki dan olahraga. Jangan biarkan anak-anak duduk berjam-jam bermain gim di layar pintar atau menempel pada ponsel. "Sangat penting untuk mendorong anak-anak agar seaktif mungkin hingga pertengahan remaja mereka, yaitu ketika mereka meletakkan kerangka untuk sisa hidup mereka," ujar Skelton.

Ketika anak belum membuat garis dasar tulang yang baik, penuaan akan mulai terjadi jauh lebih awal dan penurunan sekecil apa pun dapat menyebabkan patah tulang. Hal itu bisa berubah ketika kebiasaan berdiam diri pun berubah.

"Generasi ini bisa berakhir dengan patah tulang pinggul di usia 40-an dan 50-an alih-alih 70-an dan 80-an. Orang tua bisa berakhir sebagai pengasuh untuk anak-anak mereka," kata profesor dari Universitas Glasgow Caledonian ini.

Masalah tersembunyi tersebut akan menjadi epidemi ketika generasi anak-anak ini tumbuh hingga usia pertengahan. Anak-anak seharusnya didorong melakukan tiga sampai empat jam seminggu latihan untuk tulang. Peningkatan massa tulang hanya sekitar tiga persen, sedangkan 10 persen pada usia 12 dan 13 tahun dengan melakukan jumlah latihan yang sama.

Peringatan tentang masalah tulang ini datang ketika sebuah laporan dari Royal Osteoporosis Society menekankan pentingnya olahraga untuk penderita osteoporosis. "Saya telah menyaksikan kehidupan orang-orang hancur ketika mereka mendapatkan diagnosis osteoporosis," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement