REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar hampir 1,4 miliar orang di seluruh dunia berada dalam risiko penyakit kronis seperti diabetes atau penyakit jantung. Salah satu penyebabnya karena kurang aktivitas fisik. Aktivitas duduk juga tentu identik dengan kaum urban dewasa ini, baik itu duduk di kantor, banyak bersantai. Akan tetapi, tahukah efek bahaya dari terlalu banyak duduk dalam sehari?
Dikutip dari laman Inverse, peneliti Leonie Heron di Queens University Belfast menunjukkan dalam makalahnya perilaku duduk atau diam yang berkepanjangan dikaitkan dengan 69.279 kematian di Inggris pada 2016. Penyakit yang disebabkannya juga telah membuat Inggris diperkirakan mengeluarkan biaya 762 juta poundsterling antara 2016 dan 2017 untuk layanan kesehatan. Makalah ini diterbitkan dalam jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat.
"Saya berharap masyarakat lebih sadar tentang bagaimana perilaku mereka sendiri memengaruhi kesehatan mereka, yang pada gilirannya berdampak pada biaya layanan kesehatan yang tinggi," kata Heron kepada Inverse.
Duduk selama setidaknya enam jam per hari dikaitkan dengan biaya layanan kesehatan yang tinggi. Peneliti menganalisis temuan dari enam studi longitudinal yang masing-masing mengidentifikasi hubungan antara aktivitas diam dan salah satu dari penyakit. Di antaranya seperti kardiovaskular, diabetes tipe dua, kanker usus besar, kanker paru-paru, dan endometrium (uterus) kanker.
Diandalkannya sistem longitudinal karena National Health System di Inggris tidak benar-benar melacak penyebab kematian atau pengeluaran terkait dengan duduk-duduk sepanjang hari. Tetapi penelitiannya menunjukkan harus ada penelitian lebih lanjut mengenai angka kematian tersebut.
Peneliti memperkirakan terlalu banyak duduk adalah penyebab utama di belakang 16,9 persen kasus diabetes tipe dua. Duduk terlalu lama juga menjadi penyebab 4,9 persen kasus penyakit kardiovaskular dan 11,6 persen kematian karena semua penyebab kematian di Inggris. Selain itu, duduk lama adalah biang keladi dari 7,5 persen kanker paru-paru, sembilan persen kanker usus besar, dan delapan persen kanker endometrium.
Heron mengatakan pengurangan aktivitas sedentari yang sederhana sekalipun dapat memiliki efek besar pada tingkat populasi. Menurut dia, jika bahkan 10 persen orang berhasil duduk kurang dari enam jam per hari maka 4.802 nyawa bisa diselamatkan pada 2016. Jika 30 persen orang melakukannya, 12.006 orang bisa diselamatkan. Jika 50 persen dari negara itu berhasil melakukannya, maka 24.012 orang mungkin tidak mati.
Berdasar fenomena yang ada, 29 persen pria dan perempuan di Inggris tidak bergerak selama setidaknya enam jam per hari kerja pada 2016. Duduk adalah bagian yang tak terhindarkan dari pekerjaan kantoran, misalnya. Tetapi masih ada cara untuk mengurangi risiko salah satunya melakukan aktivitas fisik ringan.
Heron merekomendasikan untuk berjalan-jalan saat makan siang atau berdiri saat rehat kopi daripada duduk. Jika sudah berdiri atau bergerak sambil mengeluarkan lebih banyak energi, maka tidak perlu lagi duduk. "Ada manfaat kesehatan yang cukup besar dengan beralih dari perilaku duduk ke aktivitas fisik ringan," ujarnya.