REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat obesitas pada anak meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak tahun 1970-an. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS, minuman manis merupakan salah satu dari banyak faktor yang berkontribusi terhadap kondisi ini.
Faktor-faktor lain termasuk kurangnya aktivitas fisik, rutinitas tidur yang buruk, dan konsumsi keseluruhan makanan berkalori tinggi, namun bergizi rendah. Minuman manis adalah cairan apa pun yang mengandung gula tambahan. Bukan hanya sebagian besar soda, tetapi minuman buah, minuman olahraga, minuman energi, air manis, dan minuman kopi, dan teh.
Ada banyak nama berbeda untuk gula tambahan yang mungkin tidak segera disadari, tetapi muncul pada label makanan, seperti sirup jagung, sukrosa, dan dekstrosa. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), jus bisa jadi juga dibuat dengan gula tambahan di samping gula alami yang sudah ada dalam buah-buahan.
Minuman manis seperti itu seharusnya tidak diberikan kepada anak-anak di bawah satu tahun dan diberikan dalam jumlah terbatas untuk balita. Alih-alih jus, pertimbangkan makan buah utuh untuk nilai gizi maksimum dengan serat.
"Untuk anak-anak, sumber terbesar gula tambahan sering bukan pada apa yang mereka makan, namun dari apa yang mereka minum," kata Dr Natalie D Muth, seorang dokter anak dan penulis utama pernyataan kebijakan, kepada ABC News.
Juru bicara kelompok perdagangan yang mewakili perusahaan minuman non-alkohol besar mengatakan kepada ABC News bahwa "sementara konsumsi soda telah menurun sepertiga, tingkat obesitas telah meningkat seperempat, jadi jika obesitas semata-mata terkait dengan soda, itu seharusnya juga turun jika berkorelasi langsung."
Muth mengatakan bahwa rata-rata, anak-anak mengkonsumsi lebih dari 30 galon minuman manis setiap tahun dan 17 persen anak-anak mendapatkan jumlah kalori harian yang direkomendasikan dari minuman manis daripada makanan padat nutrisi.
"Sebagai seorang dokter anak, saya khawatir minuman manis ini menimbulkan risiko nyata bagi kesehatan anak-anak kita, termasuk kerusakan gigi, diabetes, obesitas, dan penyakit jantung," kata Muth.