REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- American Academy of Pediatrics (AAP) dan American Heart Association (AHA) mengeluarkan pernyataan kebijakan bersama mendukung peraturan kesehatan masyarakat untuk membantu mengurangi jumlah minuman manis yang dikonsumsi anak-anak. Pernyataan tersebut akan diterbitkan dalam jurnal Pediatrics edisi April.
Kedua organisasi kedokteran terkemuka di AS itu mendorong pengenaan pajak tambahan di seluruh negeri pada minuman manis dan membatasi pemasaran minuman ini untuk anak-anak. Sejalan dengan itu, AAP dan AHA juga merekomendasikan agar air dan susu menjadi minuman standar dalam menu anak-anak.
Kedua organisasi tersebut ingin memastikan anak-anak mendapatkan akses ke makanan sehat melalui program bantuan nutrisi federal.
"Sebagai bangsa, kita harus mengatakan "tidak" terhadap serangan pemasaran minuman manis kepada anak-anak kita," kata Rachel K Johnson, profesor emeritus nutrisi di University of Vermont dan mantan ketua komite nutrisi AHA, dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari laman ABC News, Selasa (26/3).
Menurut Rachel, hal ini dilakukan karena mereka tahu apa yang berfungsi untuk melindungi kesehatan anak-anak. "Sudah saatnya mereka menerapkan kebijakan yang efektif yang menurunkan tingkat konsumsi minuman manis seperti yang telah kami lakukan dengan tembakau.”
Apakah rekomendasi ini akan membuat perbedaan? Salah satu rekomendasi terkuat AHA dan AAP adalah untuk memperkenalkan pajak atas minuman dengan kadar gula tinggi.
Langkah tersebut telah menunjukkan keberhasilan di beberapa kota di AS dan negara-negara lain. Berkeley, Kalifornia , misalnya, adalah kota AS pertama yang memberlakukan pajak atas minuman manis sejak 2015.
Dalam dua tahun setelah pajak diberlakukan, sebuah studi menemukan bahwa konsumsi minuman manis turun 52 persen sementara konsumsi air naik 29 persen. Sebagai perbandingan, tidak ada perubahan signifikan dalam konsumsi minuman manis di San Francisco atau Oakland, dua kota yang paling dekat dengan Berkeley.
Di bidang kesehatan masyarakat lainnya, seperti penyalahgunaan alkohol dan merokok, penerapan pajak yang lebih tinggi juga menyebabkan pengurangan dalam penggunaannya.
Dr. Natalie D Muth, seorang dokter anak dan penulis utama pernyataan kebijakan mengatakan bahwa sebagian dari pajak akan kembali ke masyarakat yang dikenakan pajak untuk membantu meningkatkan kesehatan. Di Philadelphia, misalnya, dia mengatakan bahwa uang yang dihasilkan dari pajak soda digunakan untuk program pra-sekolah di lingkungan tempat orang-orang cenderung membeli minuman manis.
Secara kebetulan, lingkungan ini juga cenderung menjadi lingkungan dengan status sosial ekonomi rendah. Kalangan masyarakat tersebut cenderung menjadi sasaran secara tidak proporsional dalam iklan makanan dan minuman yang tidak sehat.
Dalam pernyataan mereka, juru bicara American Beverage Association sebagai perhimpunan pengusaha minuman di AS mengatakan bahwa alih-alih pajak dan peraturan tambahan, "cara yang lebih baik untuk membantu mengurangi jumlah gula yang didapat konsumen dari minuman ... termasuk menempatkan orang tua sebagai penentu apa yang terbaik untuk anak-anak mereka."
“Kami mendukung orang tua yang menginginkan lebih sedikit gula dalam diet anak-anak mereka dengan membuat lebih banyak minuman yang kandungan gulanya lebih sedikit atau bahkan tanpa gula, ukuran porsinya lebih kecil, dan dengan mendukung upaya untuk menjadikan air, susu, atau jus buah segar sebagai minuman standar restoran yang menyajikan makanan anak-anak," ujar juru bicara ABA seraya menjelaskan targetnya mengurangi 20 persen kalori dalam minuman pada tahun 2025.
Akan tetapi, pedoman yang dirilis hari Senin tidak menunggu waktu untuk penerapannya. AHA dan AAP ingin orang tua segera berbicara dengan anak-anak mereka tentang pilihan minuman sehat dan mendorong mereka untuk hanya minum susu dan air tanpa minuman tinggi gula sebagai bagian dari diet mereka. Penting untuk mengajari anak-anak cara membaca label sehingga mereka dapat mengambil inisiatif terhadap kesehatan mereka.