Rabu 10 Apr 2019 18:05 WIB

Rokok Bisa Sebabkan Kematian Bayi

Tar dan nikotin berbahaya untuk perokok pasif termasuk bayi

Rep: Desy Susilawati/ Red: Christiyaningsih
Jauhi anak dari rokok/ilustrasi
Foto: dailymail
Jauhi anak dari rokok/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rokok mengandung tar dan nikotin yang berbahaya. Tar dan nikotin tak hanya berbahaya bagi perokok aktif. Dua kandungan tersebut juga berbahaya bagi perokok pasif termasuk salah satunya adalah bayi.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) Mariatul Fadilah mengatakan ada penelitian yang menyebut rokok bisa menjadi penyebab kematian bayi. Tar bisa menyebabkan kematian mendadak pada bayi.

Baca Juga

Kematian bayi sebenarnya tidak bisa dikatakan disebabkan langsung oleh tar yang ada pada rokok, tapi perlu pemeriksaan lainnya. Walaupun begitu, adanya tar yang menempel di baju perokok dapat mempercepat atau menambah kematian bayi. Tar yang bersifat polutan dan karsinogenik bisa dihirup bayi dan memicu bayi meninggal tanpa sebab.

"Pada penelitian di Eropa, bayi-bayi meninggal ada unsur tar yang masuk ke dia. Misalnya bapak atau ibunya perokok. Kematian tidak hanya dari tar. Tapi faktor risiko bertambah yang tadinya tidak mati jadi mati," ujarnya.

Pada orang dewasa perokok aktif yang menghisap rokok di cuaca dingin akan menjadi hangat. "Jadi membuktikan suhu rokok lebih besar daripada suhu tubuh. Udara panas masuk alveoli, merusak sel yang ada di paru-paru. Ada dua dampak negatif, kalau mampir di jantung kena penyakit jantung," jelas Mariatul.

Pada perokok pasif, dampaknya berbeda. Polutan itu akan terhisap dan bereaksi di tubuh. "Ada bahaya negatif ke perokok pasif. Tar akan menempel di mana mana. Bersentuhan dan dihisap maka sama bahayanya. Dampaknya bukan hanya kanker, bisa jantung. Tapi bahaya meninggal masa depan," terangnya.

Rokok juga bisa menyerang susunan saraf pusat sehingga jika berhenti merokok akan muncul keringat dingin bahkan gemetar. "Kalau hati yang sakit, potong hati gampang bisa. Tapi kalau saraf yang rusak bisa berganti 20 sampai 25 tahun. Kalau anak terkena saraf bisa bayangkan kehidupan dia 20 tahun mendatang jadi apa," pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement