REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda pasti sudah mengetahui rokok mengandung banyak zat berbahaya. Salah satunya adalah tar. Ketua Umum Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) Mariatul Fadilah menjelaskan tar merupakan asap padat yang dihasilkan dari pembakaran, baik dari pembakaran rokok, sampah, kertas dan lainnya.
Akan tetapi tar yang paling berbahaya adalah tar dari asap rokok. "Walaupun sedikit, tar ini berbahaya," ujar Anggota Koalisi Indonesia Bebas Tar (KABAR) tersebut belum lama ini.
Tar adalah polutan yang menempel dan berwarna kuning. Ketika kering warnanya berubah menjadi cokelat. Tar bisa dihisap langsung oleh perokok aktif juga perokok pasif atau second hand dan third hand.
Tar bisa menempel di mana saja baik di tubuh perokok, baju, kursi, lantai, bahkan tembok sekalipun. "Karena tar itu menempel, makin gampang dia lepas maka makin bahaya karena makin cepat terhisap. Kalau melekat lama maka lepasnya lama, dampaknya lama. Kalau makin gampang makin cepat terhisap. Jadi paling gampang jangan merokok," sarannya.
Sampai sekarang belum ada penelitian yang menjelaskan berapa lama tar dapat menempel. "Merokok di mobil itu bahaya sekali untuk third hand, menempel di udara, di kursi, dimana-mana," ungkap Mariatul.
Menurutnya bahaya tar banyak sekali untuk tubuh. Tar dapat mengganggu kesehatan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual. Tar secara fisik bisa mengenai bagian yang paling dangkal yaitu kanker paru, nasofaring, dan hidung.
"Asap padat tar dihisap, masuk paru-paru, yang kuning bukan hanya warnanya berubah kuning, tapi sel berubah menjadi keras padat. Fungsi paru yang seharusnya menangkap oksigen jadi terganggu. Bisa berdampak pada semua organ karena oksigen dibutuhkan ke seluruh badan, bisa menyebabkan kemandulan dan lainnya," paparnya. Tar juga dapat memicu segala macam kanker.
Tar juga bisa berdampak pada jantung dan organ lainnya termasuk menyerang sistem susunan saraf pusat. Walaupun tidak seseram kanker tapi dampaknya sangat seram yaitu adiksi. "Perokok tidak bisa stop lagi, kalau mau stop dia seperti mau gila, sakaw. Apapun dilakukan demi rokok," ujarnya.