REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terlalu banyak duduk tidak baik bagi kesehatan. Menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of Applied Physiology, terlalu banyak duduk bisa menyabotase manfaat dari olah raga yang rutin dilakukan.
Olahraga teratur dapat mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan banyak penyakit kronis lainnya. Selain itu berolah raga juga dapat meningkatkan metabolisme sehingga pembakaran lemak lebih efisien.
Terlalu lama duduk memiliki efek fisiologis yang hampir berlawanan. Orang-orang yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan duduk menghadapi risiko tinggi untuk banyak penyakit kronis. Mereka sering juga mengalami masalah metabolisme, diabetes, penyakit jantung, dan resistensi insulin.
Dilansir Channel News Asia pada Sabtu (13/4), untuk melihat hubungan antara keduanya para ilmuwan di University of Texas di Austin melakukan penelitian. Para ilmuwan bertanya kepada 10 mahasiswa pascasarjana yang sehat dan aktif secara fisik. Pertanyaan yang diajukan seputar apakah mereka sering menghabiskan waktu dengan duduk.
Mereka mulai dengan memeriksa kesehatan dan kebugaran aerobik dari 10 pelajar pria dan wanita yang telah menjadi sukarelawan. Lalu menyesuaikan aktivitas untuk mengukur seberapa banyak mereka biasanya bergerak.
Kemudian mereka meminta para sukarelawan berhenti beraktivitas dalam waktu yang lama. Misalnya dengan membatasi jarak tempuh langkah mereka menjadi kurang dari empat ribu langkah sehari.
Para sukarelawan mengikuti instruksi. Mereka sering duduk dalam waktu yang lama selama empat hari berturut-turut. Mereka juga mengubah diet mereka dengan mengonsumsi lebih sedikit kalori sehingga mereka tidak akan menambah berat badan.
Berikutnya, pada pagi hari kelima para relawan mengunjungi laboratorium di universitas Texas untuk melaporkan keadaan terkini. Di sana mereka diberi sarapan yang banyak dan sebagian besar dari menunya adalah es krim.
Menurut Edward Coyle, seorang profesor kinesiologi di UT-Austin dan penulis senior studi, hal itu dilakukan untuk melihat bagaimana metabolisme mereka bekerja untuk mencerna makanan manis, berlemak dan bergula setelah empat hari kemarin bermalas-malasan. Para peneliti memantau darah relawan untuk trigliserida, gula darah, dan insulin selama enam jam ke depan.
Tidak cukup sampai di situ, para peneliti kemudian meminta sukarelawan mengulangi percobaan tersebut selama empat hari ke depan. Tetapi bedanya mereka diminta berolahraga pada sebagian waktunya. Akhirnya, pada malam keempat para relawan berolahraga dengan berlari cepat selama satu jam di treadmill di laboratorium.
Pagi berikutnya, mereka kembali ke laboratorium dan menyantap sarapan dan es krim yang sama seperti sebelumnya. Para peneliti kembali meneliti darah relawan untuk mengetahui kadar asam lemak dan gula darah. Kemudian mereka membandingkan hasil metabolisme setelah setiap sesi duduk lama.
Hasilnya, pada percobaan pertama yang menghabiskan waktu empat hari tanpa olahraga telah membuat metabolisme agak lamban. Bahkan kadar trigliserida dan gula darah relawan tinggi dan sensitivitas insulin yang rendah.
Selanjutnya berdasarkan pada percobaan kedua, olahraga yang dilakukan di sebagian waktu tersebut tidak membantu kesehatan mereka. Trigliserida dan kadar gula darah siswa tidak lebih baik mereka aktif beraktivitas dan rutin berolahraga.
"Hasil ini menunjukkan duduk dan tidak beraktivitas untuk waktu yang lama dapat menciptakan kondisi di dalam tubuh kita resisten terhadap peningkatan metabolisme meskipun kita berolahraga," kata Coyle.