Jumat 10 May 2019 13:49 WIB

Wanita Usia Produktif Ternyata Rentan Lupus

Setiap tahun angka pasien lupus meningkat terbanyak menyerang wanita usia produktif

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Christiyaningsih
Penyakit lupus (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Penyakit lupus (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Setiap 10 Mei masyarakat dunia memperingati Hari Lupus Sedunia. Sampai sekarang penyakit ini masih menjadi persoalan kesehatan global. Hingga kini, diperkirakan terdapat lima juta pasien lupus tersebar di seluruh dunia. Salah satu yang mengkhawatirkan adalah setiap tahunnya angka itu terus mengalami peningkatan.

Ahli Rematologi FKKMK Universitas Gadjah Mada, Nyoman Kertia, mengatakan penyakit autoimun ini dapat menyerang siapa saja. Tapi saat ini kasus lupus paling banyak menyerang wanita usia produktif.

Baca Juga

Ia menilai wanita merupakan kelompok yang lebih sering terjangkit penyakit ini dibanding laki-laki. Itu berhubungan dengan aktivitas hormon dan sistem kekebalan tubuh laki-laki yang lebih kuat.

"Wanita muda usia kisaran 15-25 tahun merupakan kelompok yang lebih rentan terkena lupus," kata Nyoman di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito.

Lupus merupakan penyakit seribu wajah karena memiliki gejala yang tidak khas. Gejala dan sakit yang ditimbulkan beragam dan manifestasi lupus kepada tiap orang yang terkena bisa berbeda-beda.

Walau sulit dikenali, kita dapat mengenali gejala-gejala awal lupus melalui Saluri (Sadari Lupus Sendiri). Gejala tersebut yakni nyeri sendi, demam, ruam kulit, rambut rontok, dan sariawan.

Selain itu, ada gejala-gejala kuat seperti sensitif terhadap paparan sinar matahari. Menurut Nyoman, jika sudah memiliki setidaknya dua gejala sebaiknya langsung diperiksakan. "Misalnya demam disertai nyeri sendi, sebaiknya segera periksa ke dokter," ujar Ketua Departemen Penyakit Dalam FKKMK UGM tersebut.

Untuk itu, bertepatan Hari Lupus Sedunia Nyoman mengingatkan penyebab lupus belum diketahui pasti. Akan tetapi sudah ada beberapa faktor yang diduga berperan kepada patofisiologis lupus. Antara lain seperti faktor genetik, infeksi, dan lingkungan seperti polusi dan makanan tidak sehat.

Lupus tidak dapat disembuhkan tapi bisa dikendalikan. Ada kemungkinan untuk kambuh jika daya tahan tubuh menurun. Karenanya, Nyoman menghimbau para penderita lupus (odapus) untuk menjaga kondisi tubuh dengan baik.

"Penyakit ini bisa kumat. Karena itu pasien tidak boleh kelelahan, tidak boleh stres, dan hindari berjemur," kata Nyoman. Pengendalian lupus dapat dilakukan dengan rutin periksa ke dokter. Penyakit ini bisa berbahaya jika tidak terkontrol atau ditangani dengan baik.

Jika lupus sudah menyerang organ dalam seperti paru-paru, ginjal, hingga otak maka pasien sulit tertolong. Ia menegaskan rata-rata ketidakberhasilan terapi lebih dikarenakan pasien yang tidak rajin kontrol.

 

Menjaga pola hidup sehat penting dilakukan misalnya hindari makanan cepat saji, makanan yang diolah dengan dibakar, dan merokok. Gaya hidup sehat itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup odapus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement