REPUBLIKA.CO.ID, COLORADO — Paparan bahan kimia dalam bengkel mobil dan kilang minyak berpotensi menyebabkan kanker. Namun, sebuah studi dari University of Colodaro menemukan sebuah fakta yang cukup mencengangkan.
Dilansir Forbes pada Ahad (12/5), sebuah studi menemukan bahwa paparan bahan kimia di salon kuku ternyata lebih membahayakan. Artinya, pekerja yang membantu mempercantik kuku pelanggan lebih berpotensi terkena kanker dibandingkan dengan pekerja di bengkel mobil dan kilang minyak.
Studi itu menemukan bahwa senyawa organik yang mudah menguap (VOC) dalam produk yang digunakan salon kuku terbilang tinggi. Ketua tim peneliti, Lupita Montoya mengatakan, studi ini secara jelas menyatakan bahwa lingkungan salon kuku sangat berbahaya bagi pekerjanya. Selain dapat memicu kanker, polusi udara di salon kuku juga dapat menyebabkan pekerja terkena gangguan pernapasan dan iritasi kulit.
“Perlu kebijakan yang tepat demi melindungi mereka,” kata Lupita.
Menurut Lupita, terdapat banyak bahan kimia berbahaya dalam salon kuku, salah satunya adalah benzene dan formaldehyde. Keduanya merupakan karsinogen yang terbukti berperan signifikan dalam memicu kanker darah dan limfoma Hodgkin.
Studi ini sendiri melibatkan pekerja dalam enam salon di Colorado. Berdasarkan studi itu, ditemukan bahwa para pekerja dalam salon kuku mengalami peningkatan resiko kanker paru-paru. Bahkan, mereka pun 100 kali lebih berpotensi terkena leukemia dibanding pekerja di tempat lain.
Melihat fakta ini, juru bicara American Lung Association Brian Christman pun mengaku sangat prihatin.
“Ini memang masih studi dengan cakupan yang kecil, namun jika ini merupakan studi yang representatif, maka temuan ini sangat memprihatinkan. Apalagi jika melihat peningkatan potensi resikonya,” kata Brian.
Selain itu, sepertinya perlu dilakukan studi untuk memastikan faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan yang mungkin berkontribusi pada level polutan di udara dalam salon-salon. Studi itu juga menyebutkan bahwa pekerja berada dalam kondisi yang berisiko karena terpapar selama berjam-jam, tak seperti konsumen yang berada di dalam ruangan yang sama dalam waktu singkat dan jarang.
Dalam studi itu juga terungkap bahwa 70 persen pekerja telah mengalami gejala terkena paparan bahan kimia. Gejala itu diantaranya adalah iritasi mata, kulit dan sakit kepala.