Selasa 14 May 2019 06:43 WIB

Kurang Tidur Ganggu Performa Kerja

Tidur merupakan elemen yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia

Rep: Eric Iskandarsjah Z./ Red: Christiyaningsih
Tidur. Ilustrasi
Foto: Amazon
Tidur. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Tidur merupakan elemen yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Jika ingin menerapkan gaya hidup yang sehat, maka beristirahat dengan cukup merupakan salah satu kuncinya.

Dilansir Travel and Leisure, tidur yang ideal adalah sekitar enam hingga sembilan jam semalam. Namun, di Amerika Serikat satu dari tiga orang tidak tidur dengan ideal. Hal ini pun ternyata berdampak pada kinerja, meski seseorang tersebut hanya kurang tidur sedikit saja.

Baca Juga

Associate professor of medicine di Harvard Medical School Jeanne Duffy mengatakan seseorang yang kurang tidur mengganggap hal itu bukan soal dan menilai semuanya baik-baik saja. “Tetapi jika kami membawa orang itu ke salah satu laboratorium tidur kami dan menyuruhnya melakukan beberapa tes kinerja, kami akan dapat melihat bahwa kinerjanya tidak sebagus saat orang itu beristirahat dengan ideal,” kata Jeanne.

Di satu sisi, kurang tidur pun menimbulkan perasaan mudah cemas dan persoalan emosional lain seperti cepat marah dan kurang sabar. Secara alami, cara terbaik untuk memerangi efek ini adalah dengan mendapatkan jadwal tidur yang sehat. Tetapi tentu saja, tidak semua orang bisa melakukannya.

Menurut produsen lampu global Philips, kebanyakan orang tidak bisa tidur karena stres, lingkungan tidur yang buruk, jadwal yang sulit, daya tarik teknologi yang selalu ada seperti TV atau smartphone, dan masalah kesehatan tertentu. Demi mendapat jatah tidur yang ideal, maka disarankan untuk menghabiskan sedikit waktu di luar di siang hari, berkeliling, tidak mengonsumsi kafein berlebihan, dan tidur siang.

Bagi yang sudah tidur dengan ideal namun merasa masih kurang, konsultasi dengan dokter akan sangat dianjurkan. Dilansir Pop Sugar, spesialis pada Loma Linda University Health Sleep Disorder Center, Timothy P. Wong, mengatakan jika terdapat orang yang butuh tidur lebih dari delapan jam, maka perlu dilakukan pendalaman terkait kondisi kesehatan yang mengganggu tidurnya.

“Kemungkinan hal ini dialami oleh orang yang menderita sleep apnea. Penderita sleep apnea akan membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak agar merasa lebih segar saat terbangun,” kata Timothy.

Sleep apnea merupakan gangguan tidur serius di mana pernapasan kerap berhenti saat tidur. Hal ini pun kemudian membuat otak kekurangan oksigen sehingga membuat penderita merasa lelah pada keesokan harinya.

Di satu sisi, neuropsikolog yang berbasis di New York Sanam Hafeez mengatakan seseorang yang butuh tidur lebih lama juga mencerminkan kondisi mental yang kurang baik atau depresi. “Orang depresi lebih merasa kelelahan. Dan orang yang mengalami kelelahan kronis berpotensi mengalami depresi,” kata Sanam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement