REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah penderita demensia diperkirakan akan meningkat lebih dari tiga kali lipat pada 2050, dari sekitar 50 juta menjadi 152 juta. Untuk mengantisipasi kemungkinan ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan panduan pertama untuk menurunkan risiko demensia.
"Kita perlu melakukan semua yang kita bisa untuk menurunkan risiko kita terhadap demensia," ungkap Direktur Jendral WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dilansir Malay Mail.
Panduan yang disusun oleh WHO untuk menurunkan risiko demensia ini sudah didukung oleh bukti-bukti ilmiah. Rekomendasi baru ini memberikan kunci-kunci penting yang terbukti dapat menunda atau memperlambat penurunan fungsi kognitif atau demensia.
"(Bukti ilmiah) mengonfirmasi apa yang kita yakini selama ini, bahwa apa yang baik untuk jantung kita juga baik untuk otak kita," jelas Tedros.
Salah satu anjuran yang disampaikan WHO melalui panduan ini adalah penerapan gaya hidup sehat. Salah satunya adalah menerapkan pengaturan pola makan yang seimbang seperti diet Mediterania. Anjuran lain yang diberikan WHO untuk menekan risiko demensia adalah berhenti merokok, menghindari minuman beralkohol dan menjaga berat badan tetap dalam batas normal atau sehat.
WHO juga menganjurkan latihan kognitif untuk menurunkan risiko demensia. Latihan kognitif dapat membantu stimulasi otak sehingga risiko demensia bisa menurun.
Tak hanya itu, WHO juga menekankan manfaat kehidupan sosial yang aktif dalam upaya pencegahan demensia. Beberapa studi menunjukkan bahwa kehidupan sosial yang kurang aktif pada lansia dapat meningkatkan risiko gangguan kognitif.
Dalam panduan ini, WHO juga menyoroti beberapa kebiasaan hidup yang dapat meningkatkan risiko demensia. Beberapa di antaranya adalah aktivitas fisik yang tidak aktif, kebiasaan merokok atau penggunaan tembakau, pola hidup tidak sehat dan konsumsi alkohol berlebih.
Beberapa masalah kesehatan juga dapat membuat risiko demensia meningkat. Masalah-masalah kesehatan ini meliputi hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, obesitas dan depresi.
Di sisi lain, WHO juga mengungkapkan bahwa risiko demensia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tak bisa diubah. Beberapa di antaranya adalah usia dan riwayat keluarga.
Usia memang merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk penurunan kognitif. Akan tetapi, demensia bukanlah hal yang alami atau konsekuensi yang tak bisa dihindari dari proses penuaan. Karena itu, faktor-faktor risiko demensia yang bisa dimodifikasi perlu tetap dikontrol.
"Kita tahu bahwa ada beberapa faktor risiko demensia yang sebenarnya bisa dimodifikasi," jelas Dr Neerja Chowdhary dari WHO.