REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara kultur, makanan Indonesia variasinya sangat banyak. Tetapi yang paling populer, apalagi kalau bukan gorengan atau segala sesuatu yang digoreng.
Selain prosesnya cepat dan mudah, mungkin tidak bisa dipungkiri rasanya juga enak. Menurut Ahli Gizi Emillia Achmadi, terlalu banyak mengonsumsi gorengan memang bisa memicu masalah kesehatan. Akan tetapi tidak masalah jika mengonsumsi lemak yang benar. Sebab lemak tetap dibutuhkan oleh tubuh.
"Kita tahu lemak penting, tapi jenis lemak yang dikonsumsi itu harus benar. Ada orang bilang konsumsi minyak bisa memicu banyak masalah kesehatan. Justru ada yang malah kalau nol sama sekali lemak bahaya, misalnya olahragawan bahkan butuh dua kali lipat dibanding karbo, gula misalnya," kata Emillia di Jakarta, Kamis (16/5).
Salah satu jenis minyak yang bisa dipilih untuk alternatif sehat adalah olive oil alias minyak zaitun. Emilia menjelaskan perlunya pengetahuan tentang lemak yang banyak jenisnya berikut masing-masing fungsinya.
Minyak yang mengandung ganda tunggal, contohnya, adalah lemak yang perlu dikonsumsi cukup banyak. Kandungan itulah yang terdapat dalam minyak zaitun.
Dari semua jenis lemak di alam, minyak zaitun punya kandungan tersebut paling tinggi yaitu 73 persen. Hanya, memang jika hendak memilih suatu produk, perlu diketahui peruntukkannya.
Merek Bertolli, misalnya, menyediakan tiga varian untuk temperatur berbeda-beda. Ada varian virgin oil yang bukan untuk dipanaskan, varian classico dan varian ekstra light untuk menggoreng.
Seperti diketahui, fungsi antioksidan menawarkan segudang manfaat, seperti mencegah inflamasi, mencegah diabetes, kolesterol, jantung. Minyak zaitun juga membantu penurunan berat badan hingga mencegah penuaan dini.
Alberto Perez Martin, perwakilan dari Bertolli Olive Oil, mengatakan minyak zaitun kian banyak diminati oleh konsumen Indonesia karena rasanya yang menambah cita rasa masakan. Bertolli mengajak konsumen Indonesia untuk tetap sehat selama berpuasa dan menggunakan produk yang halal. "Kami juga telah mendapatkan Sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), prosesnya cukup kompleks, MUI melihat langsung proses dari pemetikan dan proses akhir," kata Alberto.