REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyeruput teh hangat memang nikmat. Apalagi jika diminumnya pagi hari saat sarapan.
Pakar nutrisi dr Grace Judio-Kahl menjelaskan teh bisa dikonsumsi kapan pun. Kalau pagi bangun bisa dimulai dengan teh. Tergantung tujuannya.
"Pagi-pagi mau olahraga bisa dengan teh hijau. Yang ada penelitiannya kalau banyak gerak membantu metabolisme lemak, jadi baik juga meningkatkan metabolisme. Sebabnya orang bisa lebih waspada," ujarnya.
Teh juga bisa diminum siang hari. Terutama ketika gula darah yang mulai drop. "Kalau butuh dessert boleh dipakai milk tea atau menemani makan berlemak boleh black tea," sarannya.
Selain itu minum teh juga bisa dilakukan pada malam hari ketika mau tidur. Pilih jenis green tea atau teh hijau karena mengandung teanin dan tein. "Teanin bikin rileks. Tein bikin semangat. Bukan obat tidur, minum teh bikin tidur lebih rileks," ujarnya.
Berapa banyak teh yang boleh dikonsumsi? Menurut dokter Grace, berdasarkan studi minum 6 sampai 8 gelas ukuran 200 ml sehari masih aman. Karena kafein atau tein tidak sebanyak kopi. Kalau untuk ibu-ibu hamil sekitar 2 sampai 4 cangkir.
Ada yang mengatakan konsumsi teh jangan dibarengi dengan makan karena akan menggangu penyerapan makannya. Apa benar seperti itu? Menurut dokter Grace, minum teh boleh berbarengan dengan makan. Tapi sebaiknya dipisahkan paling tidak satu jam setelah makan, sehingga manfaat tehnya bisa didapat. Kalau berbarengan, khawatirnya bisa mengganggu penyerapan. Karena teh dan makanan sama-sama masuk ke dalam tubuh.
Namun bila ingin dikonsumsi berbarengan pun tidak masalah. Manfaat teh dan manfaat makanan masih bisa didapat oleh tubuh. Tubuh bisa menyerap dalam kondisi apapun. "Tubuh absorpsi semua bisa, mau dibarengi tidak masalah, bukan berarti makanan tidak bisa terserap, tetap bisa terserap," tambahnya.
Berbeda dengan obat, konsumsi obat tidak boleh berbarengan dengan teh. Karena bisa menghambat kerja obat.