Jumat 24 May 2019 12:15 WIB

Paparan Ftalat Bisa Tingkatkan Risiko Gangguan Metabolisme

Ftalat bisa ditemukan dalam produk plastik, susu, air kemasan, sampo, dan parfum

Rep: Desy Susilawati/ Red: Christiyaningsih
Wadah plastik (ilustrasi)
Foto: ABC News
Wadah plastik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paparan sehari-hari terhadap bahan kimia berbahaya ternyata dapat menyebabkan kita mengalami masalah serius. Sebuah studi baru-baru ini menemukan orang yang terpapar bahan kimia yang disebut ftalat dapat meningkatkan risiko gangguan metabolisme.

Para peneliti menemukan korelasi antara tingkat paparan ftalat dan tanda gangguan fungsi hati yang merupakan indikator peningkatan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Temuan ini menunjukkan bahwa lebih banyak tindakan mungkin perlu diambil untuk mengurangi paparan orang terhadap ftalat.

Baca Juga

Bahan kimia yang berpotensi berbahaya namun sering digunakan ini dimanfaatkan dalam memproduksi plastik. Ftalat juga dapat ditemukan di banyak barang sehari-hari termasuk susu, air kemasan, kopi instan, parfum, make up, sampo, mainan, dan kemasan makanan.

Paparan bahan kimia pengganggu endokrin sebelumnya telah berkontribusi menyebabkan kerusakan serius pada kesuburan dan perkembangan serta peningkatan risiko obesitas pada tikus dan manusia. Namun, tidak ada penelitian yang secara langsung menyelidiki bagaimana paparan ftalat dikaitkan dengan obesitas dan metabolisme.

Dalam studi ini, Profesor Milica Medi Stojanoska yang merupakan salah satu peneliti menghubungkan kadar ftalat yang diserap oleh orang-orang dengan berat badan, kejadian diabetes tipe 2, dan penanda gangguan fungsi hati dan metabolisme. Paparan yang lebih tinggi terhadap bahan kimia dikaitkan dengan peningkatan penanda kerusakan hati, resistensi insulin, dan kolesterol pada orang dengan obesitas dan diabetes.

Stojanoska mengatakan meskipun studi asosiasi kecil, temuan ini menunjukkan bahwa ftalat tidak hanya mengubah metabolisme untuk meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Ftalat juga menyebabkan kerusakan toksik pada hati.

Penelitian Stojanoska melihat efek bahan kimia yang mengganggu endokrin pada kesehatan manusia pada orang dewasa, remaja, dan bayi. "Kita perlu memberi tahu orang-orang tentang potensi dampak buruk pengganggu endokrin pada kesehatan mereka dan mencari cara untuk meminimalkan kontak kita dengan bahan kimia berbahaya ini," jelasnya dikutip dari Times Now News.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement