REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mudik melalui perjalanan darat biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama. Kondisi ini sering kali membuat pemudik enggan untuk buang air kecil selama perjalanan mudik.
"Pergi mudik delapan jam, 12 jam, berusaha menahan pipis, apalagi kalau di kereta," ungkap spesialis obstetri dan ginekologi konsultan dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Dwiana Ocviyanti.
Dwiana mengatakan kebiasaan menahan buang air kecil merupakan perilaku yang tidak sehat. Salah satu dampak yang mungkin timbul akibat kebiasaan menahan buang air kecil adalah anyang-anyangan.
Kebiasaan menahan buang air kecil selama mudik perlu dihindari, khususnya bagi perempuan yang sedang mengalami menstruasi. Ketika perempuan menstruasi menahan buang air kecil, ia berarti juga jarang mengganti pembalut. Darah yang tertumpuk lebih lama akibat pembalut jarang diganti ini tak hanya berpotensi menginfeksi ke dalam rahim tetapi juga ke dalam kandung kemih.
Dwiana mengatakan lubang saluran kemih terletak di bagian paling depan area kewanitaan dan cenderung steril. Akan tetapi sepertiga bagian bawahnya tetap terdapat bakteri karena memiliki posisi yang dekat dengan lubang vagina. "Karena itu jangan menahan pipis lebih dari dua sampai tiga jam, nanti infeksi," terang Dwiana.
Kebiasaan menahan buang air kecil yang berlangsung dalam jangka waktu lama juga dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit batu ginjal. Alasannya, ketika seseorang menahan keinginan buang air kecil, urin akan terkumpul di dalam kandung kemih.
"Akibatnya di situ 'basah', jadi bakteri mudah hidup atau tinggal di situ, akibatnya terjadi infeksi," terang spesialis urologi dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Charles Martamba Hutasoit dalam diskusi media di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta.
Infeksi yang timbul pada dasarnya bisa disembuhkan dengan pemberian obat-obatan. Akan tetapi jika kebiasaan menahan buang air kecil terus berlanjut, maka kemungkinan infeksi berulang akan terjadi.
Infeksi yang terjadi berulang kali ini dapat mengubah anatomi kandung kencing. Perubahan anatomi yang mungkin terjadi misalnya saluran kencing menyempit sehingga buang air kecil menjadi lebih sulit.
"Makin banyak sisa urin yang mengumpul di kandung kencing, jadilah endapan. Endapan jadi kristal. Kristal jadi pasir, kemudian jadi batu," jelas Charles.