REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengompol pada bayi atau anak-anak membuat orang tua menjadi frustasi. Selain itu, anak yang sering mengompol dapat menjadi pendiam, pemalu, dan rendah diri.
"Mengompol bukan penyakit, melainkan suatu gejala dan kondisi, di mana keluarnya kencing tidak disengaja setelah anak berusia lima tahun," ungkap dr Dito Anurogo MSc.
Di dunia kedokteran, mengompol biasa disebut sebagai enuresis, bedwetting, bed-wetting. The International Children''s Continence Society menyebutkan bahwa terminologi enuresis bersinonim dengan intermittent nocturnal incontinence.
Enuresis telah tertulis di dalam Papyrus Ebers pada tahun 1550 SM, berasal dari kata Yunani "enourein" yang berarti "buang air kecil". Untuk orang dewasa, istilah "ngompol" disebut juga urinary incontinence.
Dito menjelaskan, potret klinis mengompol ditandai dengan buang air kecil, baik di malam maupun siang hari, secara tidak sadar. Mengompol berlangsung menetap, terus-menerus, dan lebih dari dua kali dalam seminggu.
"Jika mengompol merupakan gejala tunggal, terapi perilaku atau bedwetting alarm dapat menyembuhkan," ungkap Dito yang juga dosen tetap Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Menurut Dito, istilah "mengompol" baru bisa dipakai jika itu terjadi pada anak perempuan setelah berumur lebih dari lima tahun dan pada anak laki-laki yang berusia lebih dari enam tahun. Prevalensi mengompol menurun seiring meningkatnya usia.
Di usia lima tahun, sebanyak 16 persen anak mengompol. Angkanya turun menjadi lima persen pada anak di usia sepuluh tahun.
"Angkanya semakin merosot pada anak usia 15 tahun atau lebih," jelas Dito.
Sekitar 90 sampai 95 persen anak berusia lima tahun sudah tidak mengompol di siang hari dan sebanyak 80 hingga 85 persen sudah tidak mengompol di malam hari. Sekitar 15-20 persen anak berusia lima hingga enam tahun mengompol dan kebanyakan mereka anak laki-laki.
"Perbandingan anak lelaki dan perempuan yang mengompol adalah 2:1, namunyang mengompol pada waktu siang saja lebih sering anak perempuan," ujar Dito.
Kejadian mengompol yang sembuh spontan tanpa dirawat atau diobati dilaporkan sekitar 15 persen per tahun. Dito mengungkapkan, mengompol dapat sembuh dengan sendirinya.