Rabu 05 Jun 2019 04:05 WIB

Tips Ahli Gizi Agar Tetap Sehat Usai Ramadhan

Ahli gizi UGM Mirza Hapsari Sakti ingatkan untuk perhatikan pola makan usai Ramadhan

Rep: Eric Iskandarsjah Z./ Red: Christiyaningsih
Pola makan teratur dengan menu sehat (ilustrasi)
Foto: dietplantips.com
Pola makan teratur dengan menu sehat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bulan Ramadhan telah usai. Setelah berpuasa selama sebulan, tubuh pun harus beradaptasi pada kebiasaan makan sebelum Ramadhan. Ahli gizi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Mirza Hapsari Sakti membagikan tips tetap sehat usai Ramadhan.

Mirza mengatakan setelah Ramadhan sebaiknya pola makan perlu diperhatikan. Ini karena lambung masih dalam penyesuaian usai berpuasa selama 30 hari. “Saat puasa banyak terjadi perubahan pola makan baik itu dari sisi jam, frekuensi, jumlah, dan jenis makanan,” kata Mirza dalam keterangan pers kepada Republika.

Dia menyarankan untuk melakukan penyesuaian secara perlahan-lahan dari bulan puasa ke pola makan rutin biasa. Proses adaptasi lambung untuk kembali normal mencerna sesuai pola makan sebelum puasa membutuhkan waktu sekitar satu pekan.

Tidak hanya itu, Mirza meminta masyarakat untuk tidak 'balas dendam' saat makan dengan melahap porsi yang jauh lebih besar. “Jangan kalap lalu semua makanan dimakan,” ujar Sekretaris Program Studi S1 Gizi Kesehatan UGM ini.

Tidak dipungkiri saat Lebaran banyak tersaji makanan lezat seperti aneka macam olahan daging dan kue-kue manis. Saat silaturahim biasanya suguhan tersebut juga banyak disajikan.

“Memang yang paling berat saat bersilaturahim ke keluarga pasti akan ditawari makan berat. Usahakan tetap makan sebagai bentuk penghormatan tetapi dalam porsi sedikit, jangan porsi makan pada umumnya,” kata dia.

Sedangkan untuk cemilan seperti kue-kue kering, Mirza menyarankan sebaiknya tidak mengkonsumsinya terlalu sering layaknya makan kacang. Kue-kue kering seperti nastar, kastengel, dan sejenisnya memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi.

Bagi orang dengan pembatasan lemak seperti penderita diabetes dengan komplikasi, jantung, dan hiperkolesterolemia diharapkan untuk menghindari makanan berlemak. Dia menyarankan masyarakat untuk menyediakan buah-buahan dan sayuran untuk menjamu orang dengan masalah pembatasan lemak.

“Biasanya saat Lebaran banyak opor dan kue, buah pun kemudian dikesampingkan. Padahal buah harus dijadikan sumber utama saat konsumsi makanan sehingga usahakan selalu ada di setiap menu makan,” terangnya.

Mirza juga menekankan pentingnya berolahraga sebab banyak orang berhenti berolahraga di bulan Ramadhan. Hal itu perlu dilakukan karena kebanyakan pasiennya mengalami penambahan berat badan sekitar tiga hingga empat kilogram setelah Ramadhan.

“Memang saat puasa bisa menurunkan berat badan dua hingga tiga kilogram. Tapi setelah Ramadhan bisa naik tiga hingga empat kilogram dalam satu sampai dua hari saja,” ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement