REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini, penggunaan internet berlebih diketahui dapat memengaruhi kemampuan kognitif hingga interaksi sosial seseorang. Penelitian terbaru menunjukkan bagaimana cara internet bisa menimbulkan dampak tersebut.
Untuk membuktikan hal ini, tim peneliti dari Oxford University dan Harvard University melakukan penelitian yang melibatkan aspek psikologis, psikiatri, dan neuroimaging. Dari beragam data ini, peneliti berupaya mengetahui bagaimana cara internet memengaruhi struktur, fungsi, dan perkembangan kognitif otak.
"Kunci temuan dari laporan ini adalah penggunaan internet yang tinggi memang dapat memengaruhi banyak fungsi di otak," ungkap ketua tim peneliti Joseph Firth dari Western Sydney University, seperti dilansir Times Now News.
Firth mencontohkan, penggunaan internet yang tanpa henti akan mendorong seseorang untuk membagi perhatian mereka secara terus-menerus. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas atau kemampuan seseorang untuk menjaga konsentrasi ketika mengerjakan satu pekerjaan tunggal.
Di samping itu, keberadaan internet juga sangat memudahkan seseorang untuk mengakses berbagai informasi. Hampir semua informasi bisa didapatkan hanya dengan mengetukkan jari pada layar ponsel.
"Ini tampaknya memiliki potensi untuk mulai mengubah cara kita menyimpan, dan bahkan menghargai, fakta serta pengetahuan di lingkungan dan di otak," jelas Firth.
Firth menyatakan penelitian terbaru ini hanya melibatkan orang dewasa. Karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh penggunaan internet pada kelompok usia yang lebih muda.
Terlepas dari itu, panduan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2018 mengungkapkan bahwa anak-anak kecil berusia dua sampai lima tahun disarankan untuk tidak banyak terpapar internet. Kelompok usia ini disarankan hanya memiliki screen time maksimal selama satu jam per hari.
Pembatasan paparan layar ini perlu diperhatikan dengan baik oleh orang tua agar anak-anak tidak melewatkan aktivitas-aktivitas yang penting bagi proses tumbuh kembang mereka. Misalnya aktivitas dalam bentuk interaksi sosial dan olahraga.
Orang tua, lanjut Firth, dapat memanfaatkan beberapa aplikasi maupun perangkat lunak yang dapat membatasi penggunaan internet pada gawai maupun komputer. Orang tua juga perlu menerapkan aturan penggunaan internet bagi anak-anak mereka sehingga anak-anak terhindar dari penggunaan internet berlebih.
"Berbicara lebih sering kepada anak mengenai bagaimana dunia maya dapat memengaruhi mereka juga penting," terang Firth.
Dengan pemahaman yang baik, anak-anak diharapkan dapat terhindar dari risiko-risiko lain yang tak diinginkan akibat penggunaan internet. Sebagai contoh, lanjut Firth, perundungan daring, adiksi internet, dan bahkan eksploitasi.
"Tentunya ada potensi manfaat (penggunaan internet) bagi beberapa aspek kesehatan, tapi kita perlu menyeimbangkannya agar terhindar dari potensi risiko-risiko merugikan," jelas peneliti lain, John Torous, dari Harvard Medical School.