REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian baru-baru ini mengonfirmasi bahwa kulit bertindak sebagai penanda stres langsung serta target respons stres. Artinya, kulit tidak hanya mendeteksi stres. Kulit sering kali merupakan hal pertama yang memantulkan stres secara lahiriah.
Biasanya stres ditunjukkan dengan respons peradangan. Meskipun sebab dan akibat bisa sulit dijabarkan, data yang cukup menunjukkan bahwa pada beberapa orang setidaknya, stres dan faktor psikologis lainnya dapat mengaktifkan atau memperburuk kondisi kulit tertentu.
"Kulit kita mengandung kelenjar keringat, pembuluh darah, ujung saraf dan sel-sel yang dikendalikan oleh sistem kekebalan dan saraf kita, yang pada gilirannya mudah dipicu oleh kesehatan mental kita," jelas Dermatologis Adrian Lim dilansir Body and Soul belum lama ini.
Ketika kita mengalami stres atau kecemasan, tubuh kita melepaskan kortisol. Ini adalah hormon alami yang membantu tubuh mengatasi stres, tetapi jika tubuh kita terpapar dengan kortisol tingkat tinggi yang terus-menerus, itu dapat menyebabkan kerusakan pada kulit.
Stres, kegelisahan, depresi, dan kondisi psikologis lainnya mungkin menjadi alasan yang mendasari masalah kulit yang umum. Contoh masalah kulit yang bisa timbul akibat kondisi psikologis yaitu hiperhidrosis, jerawat, dan psoriasis.