REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Monosodium Glutamat atau sering disebut MSG sering kali ditambahkan untuk meningkatkan rasa makanan menjadi lebih gurih. Meski begitu banyak yang mengatakan MSG berbahaya bagi kesehatan.
Pakar Gizi Profesor Dr M Hardinsyah MS mengatakan, munculnya anggapan tentang bahaya MSG bagi kesehatan pertama kali dikemukakan oleh Dr Ho Man Kwok setelah berkirim surat ke New England Journal of Medicine pada tahun 1988. Dalam suratnya dia menceritakan kemungkinan penyebab gejala yang dia alami setiap kali makan di restoran Cina di Amerika Serikat. Belakangan gejala itu dikenal dengan istilah “Sindrom Restoran China”.
Namun, menurut Hardinsyah, MSG atau dikenal vetsin sama sekali tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Sindrom yang terjadi pada Ho Man Kwok merupakan reaksi dari tubuhnya yang alergi dengan bahan yang terkandung dalam zat glutamate tersebut.
"Berdasarkan sebuah penelitian memang ditemukan ada sebagian orang merasa alergi dengan MSG," kata Hardi, sapaan akrabnya ketika menjadi pembicara dalam diskusi "Gizi Seimbang dari Bahan Tambahan Pangan Halal", Rabu (19/6).
Pada perkembangannya, pihak produsen MSG menciptakan penyedap rasa lainnya yang dikenal dengan nama Umami. Umami ini terdiri dari tiga zat gizi, yaitu glutamat, natrium, dan air. Sama halnya dengan MSG, penyedap rasa ini juga tidak berbahaya bagi tubuh manusia. Bahkan jika zat glutamate ini dikonsumsi secara terus menurus, tak akan ada pengaruh kesehatan bagi pemakainya.
“Dikonsumsi hingga sampai 5 gram pun tak ada pengaruh terhadap kesehatan dan kondisi ini sama dengan manusia yang tidak mengkomsumsi MSG,” kata dia.
Sementara itu Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM RI, Tetty R Sihombing berdasarkan hasil penelitian Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari Badan Pangan Dunia milik PBB serta WHO, menempatkan MSG dalam kategori bahan penyedap masakan yang aman di konsumsi dan tidak berpengaruh pada kesehatan tubuh.
Temuan ini diperkuat oleh European Communities Scientific Committee for foods pada tahun 1991. Selanjutnya, Badan Penagwas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada tahun 1995 menyatakan bahwa MSG termasuk sebagai bahan bumbu masakan, seperti halnya garam, merica, dan gula, sehingga aman bagi tubuh.
“MSG tidak menimbulkan bahaya terhadap kesehatan karena memiliki Acceptable Daily Intake (ADI) not specified,”ucap Tetty.
ADI not specified adalah istilah yang digunakan untuk bahan tambahan pangan yang mempunyai toksisitas yang sangat rendah, berdasarkan data--kimia, biokimia, toksikologi, dan data lainnya.
Sementara, Ketua Persatuan Pabrik MSG & GA Indonesia (P2MI) M. Fachrurozy mengatakan, Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti, MSG atau vetsin di industri pangan diatur dengan ketat dan baik oleh BPOM dengan kaidah penggunaan batas maksimum. Sebagai contoh MSG, merupakan BTP yang berfungsi untuk menguatkan rasa UMAMI atau gurih.
Menurutnya, MSG yang komponen terbesarnya adalah 78 persen glutamat merupakan asam amino esensial yang juga dihasilkan oleh tubuh. MSG sebagai BTP memiliki ADI (acceptable daily intake) not specified. Kelompok BTP dengan ADI not specified, menunjukkan bahwa BTP tsb digolongkan pada BTP yang toksisitasnya sangat rendah berdasarkan data kimia, biokimia, toksikologi dan data lainnya. Jumlah asupan BTP tersebut menurut WHO tidak menimbulkan bahaya terhadap kesehatan.
Sementara Head of Strategic Planning and Information System PT Sasa Inti Sutjipto Susilo mengatakan, glutamat merupakan nutrisi bagi otak manusia. Bahkan zat glutamat acid ini banyak terdapat di beberapa suplemen kesehatan. "Glutamat acid yang terdapat di MSG, seperti daging, ikan, tomat, dan brokoli prinsipnya sama. Setelah diserap tubuh akan menjadi asam glutamat yang diperlukan oleh tubuh," kata dia.