Kamis 20 Jun 2019 14:40 WIB

Permen Karet dan Dukungan Psikososial Bantu Stop Merokok

Stop merokok dengan mengunyah permen karet, berolahraga, dan dukungan psikososial

Rep: Farah Noersativa/ Red: Christiyaningsih
Berhenti merokok (ilustrasi)
Foto: Boldsky
Berhenti merokok (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghentikan kebiasaan merokok terkadang menjadi hal yang tak mudah bagi perokok aktif. Dokter paru-paru yang juga merupakan sekjen Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlang Samudro menyarankan perokok aktif yang hendak berhenti merokok sebaiknya berkegiatan lebih positif.

Misalnya dengan rajin berolahraga untuk mengalihkan rasa adiksi atau ingin merokok. “Bisa menggunakan permen karet juga untuk mengalihkan rasa ingin merokok karena rokok itu adiktif. Bisa juga dengan olahraga. Intinya adalah pengalihan dari craving dengan berkegiatan yang lain,” jelas dia.

Baca Juga

Dokter pulmonologi Sita Andarini juga membeberkan sejumlah tips untuk berhenti merokok. “Yang pertama adalah niat. Kalau sudah niat, maka tentukan kapan mulai berhenti merokok,” tutur dokter dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Dia pun memberi sebuah contoh. Misalnya seseorang hendak berhenti merokok pada 1 Juli. Maka pada tanggal itu orang tersebut harus berniat untuk benar-benar tidak merokok.

Sita menyadari rokok mengandung nikotin yang sangat adiktif atau menyebabkan ketergantungan. Karena itu, jika memang telah memiliki niat untuk berhenti merokok, maka seseorang harus benar-benar berhenti meskipun zat adiktif itu sangat memaksanya untuk merokok kembali.

Jika memang tidak kuat untuk benar-benar tak merokok, sebaiknya menghentikan kebiasaan merokok secara perlahan. Misalnya pada seseorang yang setiap hari merokok 20 batang, maka pada hari pertama menjadi 19 batang. Kemudian pada hari kedua merokok sebanyak 18 batang dan seterusnya sampai benar-benar tak merokok.

Cara lain adalah dengan menurunkan intensitas merokok. Misal biasanya merokok tiap satu jam, maka saat akan berhenti merokok diturunkan menjadi merokok setiap tiga jam sekali.

“Tapi itu juga harus ada dukungan medis dan psikososial. Dukungan medis biasanya ada juga yang pakai obat ditambah nikotin supaya tidak pusing. Dukungan psikososial juga penting seperti dukungan istri, suami, dan lingkungan pekerjaan,” ungkap dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement