REPUBLIKA.CO.ID, VANCOUVER — Para peneliti dari University of British Columbia mungkin telah menemukan cara untuk mengatasi kekurangan kantong darah darurat. Agustus tahun lalu, mereka mempresentasikan penelitian mereka pada pertemuan American Chemical Society dan sekarang hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Microbiology.
Peneliti mengubah golongan darah yang kurang dapat dipakai menjadi bisa diterima siapa saja. Jenis darah berbeda karena gula pada permukaan sel darah merah yang diciptakan oleh tubuh.
Golongan darah tipe A memiliki satu jenis gula dan tipe B memiliki yang lain. Sedangkan tipe AB memiliki kedua jenis gula dan tipe O tidak memiliki gula.
Jika seseorang menerima transfusi darah dari golongan darah yang bukan milik mereka, sistem kekebalan akan menyerang dan membunuh sel-sel darah yang disumbangkan. Sebagai contoh, seseorang dengan darah tipe A tidak pernah dapat menerima donasi tipe B karena sistem mereka hanya akan menolak darah baru dan gula tidak tepat. Darah tipe O tidak mengandung gula dan siapapun dapat menerima transfusi darinya atau universal.
Seperti dilansir dari Science Alert, para peneliti menemukan enzim tertentu (molekul yang menyebabkan reaksi kimia) dapat menghilangkan gula dari sel darah A, B, O, dan AB. Lalu mengubahnya menjadi tipe O yang lebih bermanfaat.
Namun, seperti yang dicatat oleh peneliti Stephen Withers dalam siaran pers, mereka belum menemukan enzim yang efisien, aman, dan ekonomis. Pencarian untuk enzim itu membawa mereka ke usus manusia. Withers dan timnya sudah tahu lapisan saluran pencernaan mengandung gula yang sama pada sel darah.
Enzim bakteri di dalam kotoran manusia melepaskan gula-gula dari lapisan untuk memperkuat pencernaan. Dengan menggunakan pengetahuan ini, para peneliti dapat mengisolasi enzim yang menghilangkan gula dari golongan darah A dan B, mengubahnya menjadi tipe O 30 kali lebih efisien daripada enzim yang ditemukan sebelumnya.
Untuk saat ini para peneliti memeriksa ulang temuan mereka. Langkah selanjutnya adalah menguji enzim dalam pengaturan klinis yang akan membantu menentukan apakah proses konversi menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan.
Semua pengujian tambahan itu masih membutuhkan waktu. Tetapi Withers optimistis enzim timnya dapat menjadi terobosan untuk memastikan siapapun yang memerlukan donor darah di masa depan akan dapat menerimanya.