Senin 24 Jun 2019 16:39 WIB

Pengidap No Mobile Phone Phobia Terus Bertambah

Nomophobia merupakan singkatan dari no-mobile-phone-phobia.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Pengguna ponsel.
Foto: EPA
Pengguna ponsel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang memiliki reaksi yang beragam ketika tak bisa mengakses ponsel. Orang bisa sangat gelisah hingga mendadak sakit perut begitu sadar telah meninggalkan rumah tanpa ponsel.

Ketakutan ini disebut no-mobile-phone-phobia (nomophobia). Menurut Telegraph, 54 persen orang Inggris takut menjalani hari tanpa ponsel mereka. Fobia itu juga menyangkut risiko tidak dapat menggunakan ponsel, misalnya, kalau baterai habis atau tidak ada sinyal.

Orang-orang Inggris yang mengalami nomofobia merasakan tingkat kecemasan yang sama ketika dipisahkan dari ponsel mereka, seperti kecemasan pada hari pernikahan mereka, atau sebelum perjalanan ke dokter gigi, lapor Psychology Today. Sebegitu besarnya dampak kecanduan ponsel, pengikut media sosial dan pembaca blog dari Cambridge Dictionary pun mendaulat nomophobia sebagai sebagai "kata kamus tahun ini".

Menurut Dr Kim Ki Joon dari City University of Hong Kong, penulis sebuah studi tentang kecemasan pemisahan orang dari ponsel, pengguna telah terikat sangat dekat dengan ponsel daripada yang mungkin mereka sadari. "Temuan penelitian kami menunjukkan bahwa pengguna menganggap smartphone sebagai diri mereka yang diperluas dan melekat pada perangkat," jelas Dr Kim, seperti yang dilaporkan Guardian dan dilansir laman Bustle, Ahad (23/6).

Kim menemukan bahwa orang-orang mengalami perasaan cemas dan tidak enak ketika dipisahkan dari ponsel mereka. Sementara itu, Mark Griffiths dari Universitas Nottingham Trent mengatakan bahwa nomofobia adalah hasil dari sentralitas ponsel dalam kehidupan kita sehari-hari.

"Kita berbicara tentang perangkat yang terhubung ke internet yang memungkinkan orang berurusan dengan banyak aspek kehidupan mereka," ujar Dr Griffiths.

"Anda harus memisahkan telepon dari seorang remaja dengan pembedahan karena seluruh hidup mereka sudah tertanam dalam perangkat ini," kata Dr Griffiths mengilustrasikan lekatnya remaja dengan ponselnya.

Jadi bagaimana kita bisa tahu jika menderita nomofobia? Mudah, seperti yang dilaporkan CNN, ada kuesioner daring yang meminta pengguna untuk menilai seberapa kuat mereka setuju dengan berbagai pernyataan, seperti "Saya akan merasa tidak nyaman tanpa akses konstan ke informasi melalui ponsel cerdas saya," dan "Jika saya tidak membawa ponsel cerdas saya, saya akan merasa aneh karena saya jadi tidak tahu harus berbuat apa."

photo
Kuesioner nomofobia dari CNN

Jika skor Anda antara 21 dan 60, Anda mungkin memiliki kasus nomofobia ringan. Jika skor Anda antara 61 dan 99, Anda cenderung sangat tergantung pada ponsel Anda. Skor di atas 100 menunjukkan Anda mengalami kecemasan parah tanpa ponsel Anda.

Untungnya, ada cara untuk mengatasi nomofobia. Jika Anda curiga telah kecanduan ponsel - jika itu yang paling penting dalam hidup Anda, atau itu membahayakan kehidupan pribadi atau pekerjaan Anda - ada baiknya berbicara dengan dokter umum yang kemungkinan nantinya akan merujuk Anda ke layanan spesialis kencanduan.

Sebelum kencanduan, The Guardian merekomendasikan pengguna untuk mengurangi ketergantungan pada ponsel dengan sengaja mematikannya untuk jangka waktu tertentu atau meninggalkannya di rumah ketika bepergian.

Psychology Today menyarankan untuk menyeimbangkan waktu yang dihabiskan bersama ponsel dengan waktu yang dihabiskan di sekitar orang lain. Lantas, jangan tidur dengan telepon di tempat tidur Anda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement