Selasa 25 Jun 2019 18:00 WIB

Studi: Kakao dan Kopi Bisa Lawan Obesitas

Biji kakao dan kopi mengandung senyawa yang dapat melawan obesitas

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Christiyaningsih
Warga menunjukkan biji kakao saat proses penjemuran di Teluk Raya, Kumpeh Hulu, Muarojambi, Jambi, Jumat (19/4/2019).
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warga menunjukkan biji kakao saat proses penjemuran di Teluk Raya, Kumpeh Hulu, Muarojambi, Jambi, Jumat (19/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Biji kakao dan kopi tak hanya bisa diolah menjadi minuman yang menggugah selera. Biji kakao dan kopi ternyata juga mengandung senyawa yang dapat digunakan untuk melawan obesitas.

Temuan ini diungkapkan oleh tim peneliti dari University of Illinois setelah melakukan penelitian terhadap tikus. Penelitian ini berfokus pada tiga senyawa felonik spesifik yaitu epicatechin, asam protocatechuic, dan procyanidin B2. Ketiga senyawa ini dapat ditemukan di biji kakao dan juga kopi.

Salah satu yang dilakukan dalam tim peneliti adalah mengetes ekstrak dari ketiga senyawa yang diuji terhadap sel lemak dan imun tikus. Tim peneliti juga menginvestigasi efek dari ketiga senyawa secara individual.

Dari kedua percobaan ini, tim peneliti berhasil menemukan satu kesamaan. Mitokondria yang rusak pada sel lemak putih jadi membaik setelah diberikan ekstrak. Hal ini membuat akumulasi lemak menjadi lebih sedikit.

Tak hanya itu, tim peneliti juga menemukan ekstrak-ekstrak dari biji kakao dan kopi ini bisa menghalau inflamasi pada sel-sel lemak putih. Sensitivitas insulin pun tampak kembali membaik.

Perbaikan sensitivitas insulin merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk menghindari dampak negatif dari resistensi insulin. Resistensi insulin seringkali ditemukan dalam kasus-kasus obesitas.

Seperti dilansir SlashGear, ketiga senyawa dari biji kakao dan kopi ini juga memberi dampak baik bagi sistem imunitas tubuh. Seperti diketahui, salah satu dampak buruk dari obesitas adalah pertumbuhan sel imun berlebih yang bernama makrofag.

Pertumbuhan berlebih ini dipicu oleh akumulasi lemak yang terlalu banyak. Kondisi ini dapat menghasilkan toksin yang dapat berujung pada terjadinya inflamasi kronik.

Inflamasi kronik pada obesitas dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin dapat memicu terjadinya diabetes mellitus tipe 2.

Ketiga senyawa felonik yang diteliti ternyata dapat mengubah sel lemak putih menjadi sel lemak coklat. Sel emak coklat dapat dibakar dengan lebih efisien dan mengandung lebih banyak mitokondria. Selain itu, pemberian ketiga senyawa felonik juga tampak dapat menjaga sensitivitas insulin sekaligus mengontrol inflamasi.

Tim peneliti mengungkapkan bahwa kandungan senyawa epicatechin, asam protocatechuic, dan procyanidin B2 paling banyak ditemukan di cangkang biji kakao. Cangkang biji kakao diketahui memiliki kandungan epicatechin, asam protocatechuic, dan procyanidin B2 yang sangat tinggi.

Di sisi lain, cangkang biji kakao sering kali dianggap limbah dan dibuang begitu saja. Diperkirakan ada sekitar 700 ribu ton cangkang biji kakao yang dibuang setiap tahun. Temuan baru ini menunjukkan bahwa cangkang biji kakao yang dianggap sampah ternyata menyimpan potensi besar bagi kesehatan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement