Kamis 27 Jun 2019 11:10 WIB

Lagu-Lagu Kenangan Bantu Terapi Penderita Demensia

Lagu kenangan bahagia dapat mengaktifkan bagian otak yang tidak terdampak demensia

Rep: Eric Iskandarsjah Z./ Red: Christiyaningsih
Mendengarkan musik (Ilustrasi)
Foto: Dailymail
Mendengarkan musik (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Demensia akan menurunkan daya ingat dan kemampuan dalam menilai sesuatu. Akan tetapi menurut pakar, mendengarkan musik ternyata memiliki dampak positif bagi orang dengan demensia.

Dikutip dari Reuters, dampak positif berupa rasa senang itu dibangkitkan oleh daftar lagu (playlist) personal yang berisi lagu-lagu kenangan bahagia serta kenangan masa kecil. Hal ini dapat terjadi karena musik dapat mengaktifkan bagian otak yang tidak terdampak demensia.

Baca Juga

Wakil ketua Playlist for Life Charity di Glasgow, Andy Lowndes, mengatakan cara ini telah diajarkan pada 4.650 staf kesehatan. “Hal ini kami lakukan karena obat farmasi untuk demensia cukup minim. Karena itu kami pun melakukan pendekatan non farmasi,” kata Lowndes.

Kegiatan sosial ini mendorong para anggota keluarga untuk mencari tahu lagu bahagia yang paling disukai oleh penderita demensia. Idealnya, hal ini juga dilakukan sebelum gejala demensia mulai muncul pada masing-masing anggota keluarga.

Ia menilai cara ini cukup ampuh dalam membangkitkan mood positif. Ini karena fragmen kenangan dalam otak terhubung dengan lagu-lagu yang bermakna secara pribadi.

Menurutnya, cara untuk menyusun playlist ini adalah dengan mencari informasi terkait lagu favorit penderita demensia saat berusia 10 hingga 30 tahun. Setelah itu, tambahkan juga beberapa lagu masa kanak-kanak dan lagu rekomendasi dari sahabat atau mantan kekasih.

Perwakilan dari National Institute of Rest and Care for the Elderly di Ancona Italia, Antonio Cherubini, mengatakan orang dengan demensia memiliki emosi yang hidup dan dapat diambil, bahkan pada tahap akhir. “Dengan tindakan ini, maka kita dapat menangkal perasaan bahwa demensia menghancurkan kepribadian dan menghapus apa yang membuat seseorang menjadi unik, kata Antonio.

Ia menekankan mayoritas pasien demensia mengalami gangguan perilaku. Tidak hanya agitasi dan perilaku yang menantang, tetapi juga apatis dan depresi. Menurutnya, obat tidak cukup efektif untuk mengobati ini dan memiliki efek samping sehingga terapi non-obat yang efektif harus dievaluasi dan diimplementasikan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement