REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pola makan berdasarkan DNA atau yang dikenal dengan nama nutrigenomik, termasuk salah satu diet yang baru dikenal di Indonesia. Hampir sama dengan diet golongan darah, diet ini dilakukan dengan mengetahui pola makan bahan-bahan yang cocok dan tepat untuk dimakan berdasarkan genetik tiap orang.
Product Specialist Laboratorium Klinik Prodia Siska Darmayanti MFarm menjelaskan, diet golongan darah hanya mengelompokkan diet sesuai golongan darah A, AB, O, atau B. Siska mengatakan, pelaku diet golongan darah hanya menyantap makanan yang cocok dengan golongan darahnya.
Sementara itu, diet DNA atau nutrigenomik memiliki instruksi yang lebih jelas. Dengan mengetahui bagaimana DNA yang ada pada masing-masing orang, maka pola makan yang direkomendasi pun lebih perinci.
"Hal ini tentu berbeda dengan diet golongan darah yang masih memiliki pengelompokan makanan yang lebih umum," ujarnya.
Nutrigenomik merupakan ilmu atau sebuah metode yang mempelajari respons gen terhadap makanan yang dimakan. Nutrigenomik memiliki tujuan untuk mengetahui secara dini perubahan apa yang akan terjadi setelah makanan itu masuk ke dalam tubuh.
"Misalnya, orang dengan genetik tertentu bisa mengolah metabolisme kopi, tapi tubuh anak kandungnya malah tak bisa mengolah metabolisme kopi," kata Siska di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat.
Menurut Siska, diet DNA akan lebih efektif dalam mewujudkan hidup sehat sesuai kebutuhan tiap individu. Nutrigenomik tidak hanya fokus pada penurunan berat badan, tapi juga untuk mencegah terjadinya penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes, penyakit metabolik.
"Yang kita tahu penyakit metabolik itu kan komplikasinya banyak. Nah, itu salah satunya karena makanan yang tidak tepat, olahraga yang tidak tepat," ujarnya.
Siska menjelaskan, nutrigenomik juga aman dilakukan oleh ibu hamil. Diet ini juga bisa dijalani putus-sambung.
"Kalau ibu hamil berhenti sejenak dari diet ini, kemudian dilanjutkan lagi pada saat usai melahirkan, maka hal itu pun bisa diterapkan," kata Siska.
Lalu, diet ini juga tak perlu didampingi oleh seorang dokter gizi. Ketika seseorang telah mengetahui jenis DNA yang dia miliki melalui tes, maka dia bisa langsung mengerjakan pola makan dengan bahan-bahan makanan yang cocok dengan jenis DNA-nya, tanpa pendampingan dokter gizi.
Meskipun demikian, Siska tetap menyarankan agar pelaku diet DNA didampingi dokter ahli gizi. Tes DNA bisa dilakukan oleh orang tanpa memandang usia.