Ahad 30 Jun 2019 13:50 WIB

Hepatitis A yang tak Semengerikan Kedengarannya

Hepatitis A tidak semengerikan penyakit hepatitis B yang sama-sama menyerang hat

Pasien penderita Hepatitis A menjalani rawat inap di tempat-tempat tidur darurat (velt bed) di Puskesmas Ngadirojo, Pacitan, Jawa Timur, Kamis (27/6/2019).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Pasien penderita Hepatitis A menjalani rawat inap di tempat-tempat tidur darurat (velt bed) di Puskesmas Ngadirojo, Pacitan, Jawa Timur, Kamis (27/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap terjadi kasus penyakit hepatitis A, terlebih yang berdampak pada ratusan orang di suatu wilayah, maka ramailah pemberitaan. Merebaklah kepanikan di masyarakat terkait penyakit tersebut.

Padahal hepatitis A sebenarnya tak semengerikan kedengarannya. Atau khususnya, tidak semengerikan penyakit hepatitis B yang sama-sama menyerang hati dan bisa berujung pada kanker hati.

Baca Juga

Contohnya pada September 2018 lalu di Kota Singkawang Kalimantan Barat. Ada sekolah yang sampai diliburkan karena siswanya menderita hepatitis A dan ratusan orang lain diduga terjangkit virus yang sama di daerah tersebut.

Di Kabupaten Pacitan Jawa Timur baru-baru ini juga terjadi kasus hepatitis A sampai ratusan orang. Pemerintah daerah setempat menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) hepatitis A di daerah tersebut.

Namun sebenarnya seperti apa penyakit hepatitis A ini? Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Ari Fahrial Syam menjelaskan hepatitis A adalah infeksi organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A.

Gejala yang dirasakan oleh pasien yang terjangkit tidak jauh berbeda seperti yang dialami seseorang saat terserang flu atau common cold. Gejalanya adalah pegal-pegal di badan, mual dan kadang disertai muntah, nafsu makan menurun, serta lemas.

Selain itu, juga terasa nyeri di perut kanan atas karena memang pasien dengan infeksi hepatitis A yang meradang adalah liver di lokasi perut kanan atas. Ciri yang paling khas adalah warna kulit yang menguning dan juga pada bagian putih mata yang kekuningan.

Sebagian pasien dengan gejala ringan tidak perlu dirawat. Tetapi jika pasien mengalami mual, muntah, dan tidak mau makan sebaiknya memang dirawat untuk mendapat infus cairan dan makanan.

Kementerian Kesehatan berulang kali mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir dan panik terhadap penyakit ini karena memang bukan penyakit yang berbahaya. Walaupun jika terjadi hepatitis fulminan akibat virus hepatitis A ini dapat menyebabkan kematian.

"Sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan karena penyakit ini bisa sembuh sendiri," kata Kepala Sub Direktorat Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Ongky.

Sama seperti halnya seseorang ketika terserang demam atau flu, obat dari penyakit hepatitis A sebenaranya istirahat yang cukup. Pasien juga diminta mengonsumsi makanan minuman yang sehat dan bergizi, konsumsi suplemen atau vitamin jika diperlukan, serta menjaga pola hidup yang bersih dan sehat.

Ari Fahrial menyebut pemberian obat pada pasien hepatitis A hanya berupa pengurang gejala seperti pereda pusing, obat antimual jika merasa mual, obat antidiare apabila mengalami diare, serta pemberian vitamin bila merasa lemas.

Fahrial juga menekankan sebenarnya penyakit hepatitis A sulit untuk menular dari orang ke orang. Risiko penularan virus paling tinggi adalah melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi. "Karena itu sangat penting bagi masyarakat untuk menjaga kebersihan diri dan mengonsumsi makanan minuman yang sehat serta steril," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement