REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Beberapa waktu terakhir suhu dingin melanda sebagian besar Indonesia di selatan ekuator. Kondisi penurunan suhu yang signifikan saat malam ternyata turut membutuhkan kewaspadaan.
BMKG menyebut perubahan cuaca yang lebih dingin dari biasanya ini merupakan fenomena normal di Indonesia. Ini akibat pengaruh aliran massa udara yang lebih kering atau aliran monsson dingin Australia.
Kepala Divisi Alergi Imunologi Departeman Ilmu Penyakit Dalam FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM), Deshinta Putri Mulya menilai, perubahan cuaca dapat pengaruhi kesehatan manusia. Walaupun, tidak langsung.
Deshinta memberi contoh, ketika suhu menjadi lebih dingin seperti yang terjadi saat ini, menjadikan orang-orang lebih mudah terserang penyakit. Terutama, influenza.
"Virus influenza dapat menyebar dan bertahan hidup dengan baik pada suhu yang dingin dan kering, suhu ideal bagi virus influenza lima derajat celcius," kata Deshinta, Senin (1/7).
Ia menjelaskan, rhinovirus yang biasa menyebabkan selesma atau bentuk flu yang lebih ringin malah dapat bereplikasi dengan baik. Utamanya, pada suhu di bawah 37 derajat celcius.
Bahkan, Deshina mengungkapkan, ada temuan lebih dalam penelitian di Finlandia. Sebab, paparan terhadap suhu dan kelembaban yang rendah selama lebih tiga hari akan meningkatkan resiko terinfeksi.
Selain faktor virus itu sendiri, ia menerangkan, dalam cuaca dingin pembuluh darah di saluran napas bagian atas cenderung berkontraksi. Kondisi ini mempersulit sel darah putih menuju mukosa saluran napas.
"Akibatnya, tubuh sulit untuk melawan virus penyebab flu," ujar dokter di Kelompok Staf Medis (KSM) Penyakit Dalam RSUP Dr Sardjito Yogyakarta tersebut.
Ia menyebutkan, gejala flu yang dialami tiap orang memang dapat beragam. Mulai sakit kepala, nyeri di seluruh badan, nyeri di tenggorokan, demam, meler, batuk dan kadang disertai rasa mual.
Berbagai gejala yang timbul merupakan bentuk usaha tubuh menghadapi virus penyebab flu. Meski begitu, gejala yang muncul bisa pengaruhi kegiatan sehari-hari hingga tidak dapat bekerja.
Deshinta menyampaikan, ada beberapa faktor risiko yang mempermudah seseorang tertular atau membuat seseorang mengalami komplikasi yang berat akibat flu. Salah satunya, faktor usia.
Flu lebih sering dialami anak-anak dan usia lanjut. Tidak cuma itu, faktor tempat tinggal yang padat penduduk turut berpengaruh kepada peningkatan risiko terkena flu akibat penularan virus lebih mudah.
"Beberapa keadaan yang menyebabkan melemahnya sistem imunitas juga dapat mempermudah terserang flu seperti mereka yang menggunakan obat-obatan mengandung steroid, kemoterapi atau penderita HIV," kata Deshinta.
Penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes atau penyakit jantung juga mudah terserang flu. Serta, ibu hamil, terutama pada trisemester kedua dan ketiga, hingga dua pekan setelah melahirkan.
Ia menilai, saat cuaca dingin orang umumnya lebih senang habiskan waktu dalam ruangan berkumpul bersama. Situasi itu akan tingkatkan transmisi virus dari satu orang ke orang yang lain.
Untuk itu, penting menggunakan masker saat terkena flu agar tidak menulari orang lain dan memutus penularan tranmisi virus. Virus flu menyebar ketika bersin, berbicara atau batuk.
Kemudian, orang lain dapat tertular saat sedang memegang permukaan yang terkena droplet tersebut. Itu pula yang menjadi penyebab sangat penting untuk selalu mencuci tangan.
Deshinta mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan agar tidak mudah terkena flu. Misalnya, menggunakan pakaian hangat demi menjaga temperatur tubuh.
Jaga tubuh terhidrasi lewat perbanyak asupan cairan, istirahat cukup, tutup mulut ketika batuk atau bersin. Serta, tidak berbagai makanan, minuman atau alat makan dengan orang yang sedang flu.
"Langkah pencegahan lainnya dengan melakukan vaksinasi influenza setiap tahunnya," ujar Deshinta.