Jumat 05 Jul 2019 15:08 WIB

Jam Tidur tak Teratur Bisa Sebabkan Obesitas dan Diabetes

Jadwal yang tidak teratur lebih berisiko meningkatkan masalah kesehatan

Rep: Santi Sopia/ Red: Christiyaningsih
Perempuan tidur (ilustrasi)
Foto: Health
Perempuan tidur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jadwal yang tidak teratur lebih berisiko meningkatkan masalah kesehatan daripada jam tidur pendek. Orang-orang yang tidak secara konsisten mendapatkan jumlah tidur yang sama atau tidur pada waktu yang sama setiap malam lebih mungkin berisiko mengalami obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.

Menurut studi terbaru yang dilansir Reuters, kurang tidur telah lama dikaitkan dengan berbagai kelainan metabolisme termasuk obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.

Baca Juga

"Tetapi banyak dari penelitian ini berfokus pada efek dari jumlah rata-rata orang yang tidur dan bukan pada rutinitas tidur dari satu hari ke hari berikutnya," kata rekan penulis studi Tianyi Huang dari Brigham and Women's Hospital and Harvard Medical School di Boston.

Jadwal tidur yang tak teratur dikaitkan dengan risiko penyakit metabolik yang lebih tinggi. Tidak peduli seseorang memiliki durasi tidur pendek atau panjang atau memiliki kualitas tidur yang baik atau buruk.

Dampak negatif dari durasi tidur pendek dalam beberapa malam tidak dapat dikompensasi dengan memperpanjang durasi tidur lebih lama pada malam-malam lainnya. Seperti dilaporkan dalam Diabetes Care, para ilmuwan meneliti pola tidur 2.003 pasien dalam satu pekan.

Penelitian ini menggunakan perangkat yang dikenal sebagai actigraphs. Peneliti menilai gerakan malam hari dan siklus bangun tidur.

Rata-rata responden tidur sekitar 7,15 jam setiap malam dan tidur sekitar pukul 23.40. Sekitar dua pertiga dari mereka memiliki lebih dari satu jam variasi dalam durasi tidur. 45 persen dari mereka memiliki lebih dari satu jam variasi dalam waktu tidur mereka.

Sebanyak 707 peserta atau 35 persen memiliki apa yang disebut sindrom metabolik atau beberapa jenis kelainan metabolisme yang meningkatkan risiko penyakit jantung. Termasuk peningkatan tekanan darah, gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, dan kolesterol abnormal atau kadar trigliserida.

Dibandingkan dengan orang yang memiliki kurang dari satu jam variasi dalam durasi tidur, orang-orang yang durasi tidurnya bervariasi antara 60 hingga 90 menit 27 persen lebih mungkin mengalami sindrom metabolik. Risiko masalah kesehatan naik menjadi 41 persen dengan 90 hingga 120 menit variasi dalam durasi tidur.

Risiko sindrom metabolik melonjak menjadi 57 persen dengan lebih dari dua jam variasi dalam durasi tidur. Penelitian ini bukan eksperimen terkontrol yang dirancang untuk membuktikan bagaimana perubahan dalam durasi tidur atau waktu tidur dapat secara langsung menyebabkan sindrom mmetabolik. Tetapi telah ditemukan bahwa peningkatan variabilitas memiliki efek merugikan pada kesehatan metabolisme.

Kristen Knutson, seorang peneliti di Sekolah Kedokteran Universitas Northwestern Feinberg di Chicago yang tidak terlibat dalam penelitian ini memberikan pandangannya. Ia mengatakan dalam ritme 24 jam ada banyak proses yang memengaruhi metabolisme.

Agar fungsi metabolisme optimal, ritme dalam satu hari harus disinkronkan satu sama lain. Karenanya, jadwal tidur tidak teratur dapat mengganggu metabolisme. "Jika kita sering tidur pada jadwal yang berbeda-beda, kita mungkin mengalami kesulitan untuk tetap sinkron sehingga akhirnya dapat merusak fungsi metabolisme," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement