Selasa 09 Jul 2019 05:00 WIB

Meski Krisis Air, Tetaplah Cuci Tangan Pakai Sabun

Kemenkes mengimbau masyarakat tetap mencuci tangan pakai sabun di musim kemarau.

Mencuci tangan.
Foto: Pexels
Mencuci tangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes),Wiendra Waworuntu, sangat menganjurkan agar masyarakat mencegah penyakit menular dengan mencuci tangan pakai sabun. Ia mengatakan, cuci tangan pakai sabun merupakan hal utama dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang sederhana guna mencegah penularan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan virus.

"Cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan sesudah makan, jadi itu yang harus ditanamkan," kata Wiendra saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Baca Juga

Selain itu, menurut Wiendra, cuci tangan pakai sabun juga dianjurkan dilakukan setelah buang air, setelah beraktivitas, dan saat akan menyusui bagi ibu yang memiliki balita. Orang juga perlu mencuci tangan setelah memegang hewan peliharaan.

"Walau terlihat sederhana dan sepele, cuci tangan pakai sabun bisa mencegah dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri maupun virus," katanya.

Bahkan, menurut Wiendra, ada penelitian yang mengungkapkan bahwa perilaku mencuci tangan pakai sabun ini dapat mengurangi risiko diare sebanyak 45 persen. Ia menjelaskan, selain diare, kegiatan sederhana ini juga bisa meminimalkan penyakit menular lain, seperti hepatitis, kecacingan, dan infeksi pernapasan.

Wiendra menyebutkan diare merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena sering terjadi di musim kemarau seperti saat ini. Dia menganjurkan agar masyarakat menjaga kebersihan air, terutama air yang digunakan untuk konsumsi dengan memasaknya terlebih dahulu.

Wiendra menyarankan masyarakat agar memasak air untuk diminum hingga mendidih agar jika ada bakteri yang mencemari air sebelumnya bisa mati dan aman untuk dikonsumsi. Kendati air yang akan dikonsumsi tersebut merupakan air isi ulang, air tetap harus dimasak lebih dulu.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement