REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden terpilih, Joko Widodo dalam Pidato Visi Indonesia menekankan beberapa hal utama bagi peningkatan Sumber Daya Manusia. Hal itu seperti pemberantasan stunting, kurang gizi, keselamatan ibu hamil saat melahirkan, dan program imunisasi.
Dekan FKUI, Ari Fahrial Syam meyakini presiden melihat ini sebagai fokus dalam pembangunan sumber daya manusia. FKUI saat ini dengan jumlah peserta didik hampir 5000 mahasiswa juga terus akan membantu pemerintah untuk program peningkatan kualitas sumber daya ini. Institusi pendidikan kedokteran harus menyiapkan para dokter untuk bisa secara aktif ditengah masyarakat baik dalam pelayanan maupun penyuluhan untuk kesehatan ibu anak.
"Begitu pula untuk para spesialis khususnya yang para dokter spesialis yang berkompeten untuk mengurus kesehatan ibu,anak, gizi dan persiapan remaja dipersiapkan untuk bisa mengatasi permasalahan yang terjadi agar menekan angka kesakitan dan kematian," ujarnya kepada Republika, Sabtu (20/7).
Program S3 FKUI yang terdiri dari S3 Kedokteran,Gizi dan Biomedik juga mengarahkan untuk menghasilkan produk untuk memperbaiki kebijaksaan maupun produk-produk penyuluhan serta produk inovatif yang meningkatkan kemandirian bangsa.
Untuk pemberantasan stunting, kurang gizi, keselamatan ibu hamil saat melahirkan, dan program imunisasi memang harus dipersiapkan dari hulu sampai hilir. Anak-anak remaja harus disiapkan dengan baik untuk menjadi orang tua dan mendapat amanah untuk hamil,punya anak dan mempersiapkan anak-anak dengan baik.
"Angka unwanted babby atau perkawinan dini akibat terjadi kehamilan diluar pernikahan harus ditekan sedemikian rupa agar kehamilan dan persalinan dapat dipersiapkan dengan baik," ujarnya.
BKBBN harus menjadi lembaga yang memegang peranan untuk para keluarga Indonesia bisa merencanakan keluarga dengan baik. Perkawinan dan persalinan harus disiapkan pre marital skrining harus dilakukan, sehingga jika ada masalah kesehatan bisa disiapkan dengan baik. Pendidikan reproduksi sudah harus diperkenalkan sejak anak-anak kita remaja. Sehingga mereka tidak jatuh pada seks bebas. Sarana pelayanan kesehatan terkecil di Puskesmas sampai rumah sakit tersier juga harus siap menjadi pusat pelayanan ibu anak tentu sesuai dengan tingkat pelayanan kesehatan yang ada.
Para bidan terutama yang bekerja di daerah kualitasnya juga harus ditingkatkan jumlah penting tetapi kualitas juga penting. Para bidan musti terampil melakukan antenatal care, perawatan ibu hamil sampai melahirkan. Termasuk juga penyuluhan dan memberikan pelayanan KB bukan saja untuk pemberian pil atau suntik tetapi juga terampil melakukan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan pemasangan dan pencabutan susuk KB.
FKUI telah mempersiapkan modul-modul pelatihan buat para petugas agar bisa memotivasi wanita usia subur untuk ikut pengaturan kehamilan dengan metode kontrasepsi jangka panjang yang reversibel seperti AKDR dan Implant (susuk).
Selain itu staf FKUI juga turut membantu mengembangan aplikasi yang dapat di download untuk mempermudah dalam pelayanan keluarga berencana yaitu KLOP KB (Kriteria KeLayakan Medis KontrasePsi) dan beberapa aplikasi lain. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini informasi bisa di share melalui gadget.
Dalam hal inovasi salah satu mahasiswa S3 yaitu Dr Irvan Adenin membuktikan bahwa Alat Kontrasepsi Dalam Rahim lipper loops masih efektif dan bisa digunakan untuk jangka panjang. Hal itu tentu dengan biaya murah dengan melihat penggunaan AKDR saat ini yang berjumlah 8 juta orang. AKDR model lama ini bisa mengurangi pembiayaan ratusan miliar rupiah.