Jumat 26 Jul 2019 12:39 WIB

Buka Ponsel Tengah Malam Akibatkan Kelelahan

Sebuah studi menganalisis efek ledakan singkat cahaya biru pada siklus tidur

Rep: Farah Noersativa/ Red: Christiyaningsih
Perempuan bermain ponsel sebelum tidur. Ilustrasi
Foto: Telegraph
Perempuan bermain ponsel sebelum tidur. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ILLIONIS -- Ponsel pintar di era saat ini merupakan perangkat yang sangat akrab dengan kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa orang juga menggunakannya di tempat tidur, baik saat akan tidur maupun sesaat setelah bangun tidur.

Hal ini mungkin menjadi kebiasaan tersendiri bagi beberapa orang. Akan tetapi, apakah cahaya biru yang dipancarkan oleh ponsel pintar memiliki pengaruh negatif kepada kesehatan terutama tidur?

Baca Juga

Sebuah studi oleh tim ilmuwan Amerika Serikat mendapati bagaimana otak bereaksi terhadap paparan biru yang singkat dan intens. Hal ini kemudian dikaitkan untuk menentukan apakah akan memengaruhi tidur. Studi baru yang muncul dalam jurnal eLife itu menganalisis efek ledakan singkat cahaya biru pada siklus tidur.

"Kita semua memiliki smartphone dan layarnya sangat cerah. Kita semua terkena cahaya pada waktu yang salah. Menjadi lebih penting untuk memahami bagaimana berbagai jenis informasi cahaya ini disampaikan ke otak," kata Profesor Neurobiologi di Universitas Northwestern di Illinois yang memimpin penelitian, Tiffany Schmidt.

Untuk lebih memahami apa yang terjadi dalam otak kita ketika mata kita berfokus pada cahaya layar ponsel pintar di tengah malam, tim Schmidt melakukan percobaan dengan tikus. Tikus percobaan dimodifikasi secara genetik yang sel-sel retina khusus (ipRGC) hanya memengaruhi nukleus suprachiasmatic, struktur di otak yang mengatur ritme sirkadian.

Karena tikus aktif di malam hari, mereka tertidur ketika terkena cahaya. Hal yang diamati selama penelitian ini, bagaimanapun, tetap terjaga ketika terkena ledakan cahaya pendek di malam hari.

Suhu tubuh tikus, yang juga berkorelasi dengan tidur, tidak merespons cahaya yang pendek. Hal ini menunjukkan bahwa ritme sirkadian keseluruhan mereka tetap utuh.

Ini membantu menjelaskan mengapa melihat ponsel pada malam yang gelisah dapat meningkatkan perasaan lelah pada hari berikutnya. Akan tetapi, hal ini tidak memiliki efek jangka panjang pada siklus tidur.

"Jika dua efek ini, paparan cahaya jangka panjang dan akut, didorong melalui jalur yang sama, maka setiap paparan cahaya kecil akan berisiko sepenuhnya mengubah ritme sirkadian tubuh kita," kata Schmidt dilansir Asia One yang mengutip AFP.

Penelitian menunjukkan bahwa sistem respons terhadap cahaya buatan mengikuti beberapa jalur. Akan tetapi, penelitian itu masih belum memberikan jawaban mengenai wilayah otak mana yang bertanggung jawab untuk menangani semburan cahaya jangka pendek. Karena itu, peneliti menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memetakan berbagai cara di mana otak bereaksi terhadap cahaya.

Menurut tim, ini dapat membantu orang yang bekerja di profesi nokturnal atau bekerja pada malam hari untuk tetap terjaga melalui penggunaan pencahayaan. Hal ini dilakukan sambil mengurangi risiko kesehatan yang terkait dengan defisit tidur, seperti depresi, diabetes, dan kanker.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement