Selasa 30 Jul 2019 02:48 WIB

Begini Cara Plastik Pengaruhi Kesehatan Manusia

Potensi merugikan plastik bagi kesehatan sudah muncul sejak awal proses pembuatannya.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Dwi Murdaningsih
Flyer KLHK yang mengajak masyarakat merayakan Idul Adha tanpa kantong plastik.
Foto: Dok KLHK
Flyer KLHK yang mengajak masyarakat merayakan Idul Adha tanpa kantong plastik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plastik merupakan hal yang sepertinya tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Meski kehadiran plastik bukan hal yang asing, tak banyak orang yang benar-benar memahami bagaimana plastik mempengaruhi manusia, khususnya dari aspek kesehatan.

"Kita tahu bahwa banyak jenis dan penggunaan plastik yang mendapatkan zat aditif beracun," ungkap aktivis dari Friends of the Earth Emma Priestland, seperti dilansir Huffington Post.

Baca Juga

Potensi merugikan plastik bagi kesehatan bahkan sudah muncul sejak awal proses pembuatannya. Priestland mengatakan ekstraksi bahan bakar fosil dan produksi plastik dapat melepaskan zat kimia beracun dan polusi udara yang berpotensi memberi dampak negatif bagi kesehatan.

Senada dengan Emma, Dr Anna Watson dari CHEM Trust menilai salah satu hal mengkhawatirkan dari plastik adalah zat kimia berbahaya yang terkandung di dalam plastik. Zat-zat kimia ini kerap kali ditambahkan ke plastik dengan beberapa alasan.

"Dan kita berkontak dengan zat-zat kimia ini dalam kehidupan sehari-hari melalui produk (plastik) yang kita punya di rumah kita," ujar Watson.

Sejak 60 tahun lalu, diperkirakan ada sekitar 8,3 miliar ton plastik yang sudah diproduksi di muka bumi. Lebih dari 70 persen dari plastik tersebut kini tersebar menjadi sampah di darat maupun di lautan.

Sampah-sampah plastik ini tak hanya mempengaruhi populasi satwa liar, tetapi juga dapat menyusup masuk ke makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh manusia. Saking menyebarnya plastik, sulit untuk menemukan hewan maupun manusia yang tidak pernah terpapar oleh plastik saat ini.

Hal ini terbukti melalui sebuah studi pada 2018 yang melibatkan partisipan dari berbagai belahan negara, seperti Finlandia, Italia, Jepang, Belanda, Polandia, Rusia, hingga Inggris dan Austria.

Studi ini melakukan analisis terhadap sampel feses dari para partisipan. Hasilnya, setiap sampel yang diteliti terbukti positif memiliki keberadaan mikroplastik. Mikroplastik merupakan serpihan plastik yang memiliki ukuran di bawah 5 mm. Selain itu, tim peneliti juga menemukan sebanyak sembilan jenis resin plastik pada sampel-sampel feses partisipan.

Salah satu zat kimia pada plastik yang berpotensi membahayakan kesehatan adalah kelompok zat kimia bisphenol di mana salah satunya adalah bisphenol A atau BPA. Beberapa studi menunjukkan bahwa BPA dapat mengganggu sistem endokrin tubuh.

Sistem endokrin tubuh bertanggung jawab dalam memproduksi hormon yang meregulasi beragam proses di dalam tubuh, seperti proses tumbuh kembang, fungsi seksual, tidur, suasana hati, reproduksi, dan metabolisme.

"Bila Anda terpapar zat kmia yang mengganggu (hormon), itu akan memberi dampak yang besar," kata Watson.

Beberapa risiko masalah kesehatan yang mungkin meningkat adalah kanker yang berkaitan dengan hormon, ketidaksuburan dan masalah reproduksi, serta penyakit jantung. Studi pada hewan juga menunjukkan adanya keterkaitan antara paparan BPA dengan masalah pertumbuhan pada anak.

Oleh karena itu, penggunaan BPA saat ini sudah dilarang untuk beberapa produk seperti botol bayi dan mainan anak-anak. Akan tetapi, BPA tetap bisa ditemukan pada benda-benda lain yang mungkin dapat berkontak dengan anak-anak. Sebagai contoh, BPA tidak dilarang untuk kemasan makanan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement