REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Penanganan kasus tiroid masih terkendala keberadaan fasilitas kesehatan. Hal itu menyebabkan penderita gangguan tiroid tak mendapatkan akses pengobatan yang tepat.
Di Indonesia, prevalensi kasus tiroid berkisar antara dua hingga lima persen dari total populasi. Namun, tidak ada data pasti terkait kasus yang tertangani.
"Kendati angka masyarakat pengidap problem tiroid cukup tinggi, namun penanganan terhadap kasus ini belum optimal. Bahkan, belum bisa mendeteksi berapa pasien yang sudah tertangani," ujar dokter spesialis endokrin dr Johan S Masjhur SpPD kepada wartawan, Senin (5/8).
Kasus kelenjar tiroid, menurut Johan, banyak ditemukan di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan daerah lainnya di Indonesia. Secara fisik, mereka yang mengalami masalah tiroid mengalami pembengkakan di leher atau bawah dagu.
Johan menjelaskan, kelenjar tiroid memang ukurannya kecil, tapi fungsinya kompleks. Kelenjar inilah yang bertanggung jawab mengatur pertumbuhan, metabolisme, dan hormon tubuh.
Jika produksi hormon tiroid terlalu tinggi, orang bisa terkena masalah jantung hingga kulit. Sebaliknya, rendahnya hormon tiroid bisa mengganggu kecerdasan.
"Orang yang terganggu tiroid juga akan jadi beban keluarga, karena kecerdasannya terganggu," katanya.
Pada dasarnya, penanganan kasus tiroid tak hanya menyangkut satu keahlian pada bidang kedokteran. Johan mengungkapkan, banyak pihak yang terlibat untuk mendeteksi secara maksimal, mulai dari ahli ahli endokrin, dokter nuklir, dokter anak, patologi klinis, dan lainnya.
Johan ingin keberadaan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia dapat membuat penanganan terhadap pasien tiroid bisa lebih maksimal. Dengan adanya perkumpulan tersebut, penderita tidak membuang uang untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Ketut Suastika mengatakan, melalui wadah ini pihaknya aktif menggelar seminar untuk meningkatkan pengetahuan tenaga medis atas kasus tiroid. Saat ini, kata dia, ada 280 peserta yang mengikuti seminar ini. Organisasi tersebut diikuti oleh perkumpulan profesi di bidang kedokteran, baik umum, spesialis, atau tenaga medis lainnya.