Jumat 09 Aug 2019 15:10 WIB

Studi: Makan Pedas Bisa Tingkatkan Risiko Demensia

Studi baru menunjukkan diet pedas bisa dikaitkan dengan demensia

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Christiyaningsih
Makanan pedas. Ilustrasi
Foto: Womensforum
Makanan pedas. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demensia atau pikun adalah kumpulan gejala yang terkait dengan penurunan fungsi otak yang berkelanjutan. Demensia adalah hasil dari kerusakan otak yang disebabkan oleh sejumlah penyakit yang berbeda.

Penyakit alzheimer menjadi yang paling menonjol sebagai penyebab demensia. Selain itu, faktor risiko demensia lainnya adalah penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan strok.

Baca Juga

“Jadi apa yang baik untuk jantung baik (juga) baik untuk otak Anda,” ujar Alzheimers Research UK, seperti yang dilansir Express, Kamis (8/8).

Studi baru mengungkap diet populer tertentu juga dapat menimbulkan risiko demensia. Penelitian baru yang melibatkan University of South Australia menunjukkan diet pedas bisa dikaitkan dengan demensia.

Sebuah studi selama 15 tahun terhadap 4.582 orang dewasa China berusia di atas 55 tahun menemukan bukti penurunan kognitif lebih cepat pada mereka yang secara konsisten makan lebih dari 50 gram cabai sehari. Penurunan daya ingat bahkan lebih signifikan jika pecinta cabai berbadan langsing.

Penelitian yang dipimpin oleh Zumin Shi dari Universitas Qatar menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi lebih dari 50 gram cabai sehari hampir dua kali lipat berisiko mengalami penurunan daya ingat dan kognisi yang buruk.

“Konsumsi cabai ditemukan bermanfaat untuk berat badan dan tekanan darah dalam penelitian kami sebelumnya. Namun, dalam penelitian ini kami menemukan efek buruk pada kognisi di antara orang dewasa yang lebih tua,” kata Zumin.

Ahli epidemiologi UniSa, Ming Li, mengungkapkan satu dari lima periset yang terlibat dalam penelitian ini mengatakan asupan cabai termasuk cabai segar dan cabai kering. Paprika manis atau paprika hitam tidak termasuk dalam asupan cabai.

Ming Li sadar cabai adalah salah satu rempah yang paling umum digunakan di dunia. Cabai sangat populer di Asia dibandingkan dengan negara-negara Eropa. Di wilayah tertentu di China seperti Sichuan dan Hunan, hampir satu dari tiga orang dewasa mengonsumsi makanan pedas setiap hari.

Dalam laporan, komponen aktif dalam cabai bernama capsaicin mempercepat metabolisme, menghilangkan lemak, dan menghambat gangguan pembuluh darah. Tetapi ini adalah studi longitudinal pertama yang menyelidiki hubungan antara asupan cabai dan fungsi kognitif.

Mereka yang makan banyak cabai disebut memiliki pendapatan yang lebih rendah dan lebih aktif secara fisik dibandingkan dengan yang bukan konsumen. Para peneliti mengatakan orang dengan berat badan normal mungkin lebih sensitif terhadap asupan cabai daripada orang yang kelebihan berat badan, karenanya berdampak pada daya ingat dan berat badan.

Tingkat pendidikan juga dapat berperan dalam penurunan kognitif dan hubungan ini membutuhkan penelitian lebih lanjut. Mengomentari temuan tersebut, manajer riset di Alzheimer Society Clare Walton mengakui adanya kekurangan dari penelitian ini.

Ada begitu banyak perbedaan antara pecinta cabai dan abstain dalam penelitian ini sehingga tidak memberikan bukti konklusif bahwa makan makanan pedas akan meningkatkan risiko demensia. “Studi ini juga tidak menilai demensia. Hanya melihat pada hasil tes memori dan matematika. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hubungan antara cabai dan demensia sehingga untuk saat ini tidak perlu menghindari saus pedas,” kata Walton.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement