REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kematian mendadak pada seseorang sering kali disebabkan karena adanya gangguan pada jantung. Menurut dokter spesialis jantung RS Universitas Indonesia (UI) Dian Zamroni, kematian mendadak akibat penyakit jantung masih sering terjadi lantaran minimnya kesadaran cek kesehatan jantung.
“Kadangkala takut untuk menghadapi kenyataan kalau dia sakit jantung. Jadi dia biarkan dan tetap bekerja secara berlebih. Padahal pada dasarnya ia sudah ada gejala sakit jantung tapi tidak pernah ketahuan,” kata Dian saat ditemui di RS UI, Selasa (13/8).
Dian menjelaskan ada beberapa gejala penyakit jantung yang harus diwaspadai dan segera mendapat penanganan. Misalnya sering nyeri bagian tengah dada. Selain bagian dada yang sakit, melalui saraf-saraf sakit dari jantung itu akan menjalar pada beberapa anggota badan lain seperti lengan kiri dan kanan, punggung, hingga leher.
“Karena jantung punya persarafan-persarafan, sakitnya bisa menjalar. Bisa ke lengan kiri, lengan kanan, sampai tembus ke punggung dan leher yang rasanya seperti dicekik,” kata Dian.
Gejala lain dari penyakit jantung antara lain sesak nafas, keluar keringat dingin, mual dan muntah, sampai pingsan. Gejala ini umum terjadi dan banyak ditemukan pada pasien dengan gangguan jantung.
Kendati demikian, kata Dian, ada gejala lain yang tidak umum dan banyak orang yang sering kecolongan yaitu sering merasakan nyeri di bagian ulu hati. Banyak orang mengira itu adalah gejala sakit lambung, padahal bisa jadi itu gejala penyakit jantung.
“Jantung itu kan organ empat dimensi. Depan, bawah, kanan, dan kiri. Kalau yang bagian bawah yang mengalami serangan nyerinya seperti nyeri sakit lambung, masuk angin, nah itu yang sering kecolongan. Istilah umumnya itu angin duduk. Dikira masuk angin karena gejalanya mual dan muntah. Angin duduk salah satu manifestasi dari serangan jantung,” jelas dia.
Untuk itu dia mengimbau masyarakat yang sering merasakan gejala-gejala di atas agar melakukan deteksi dini. Pemeriksaan jantung bisa tidak harus selalu ke rumah sakit, di puskesmas pun bisa dengan catatan puskesmas tersebut menyediakan layanan rekam jantung.
“Kalau di puskesmas ada rekam jantung bisa dikerjakan di puskesmas. Nanti dilihat kalau benar serangan jantung itu harus dirujuk ke RS,” kata Dian.