REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kordinator IU YPKDS (Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya), Tengku Rodhan, mengatakanIndonesia dipastikan telah gagal mengontrol ODHA atau orang dengan HIV/Aids. Sebab Indonesia tidak berhasil memperoleh pengobatan ARV sesuai target capaian 50 persen pada tahun 2020.
"Karena ini sudah akhir tahun 2019 tetapi belum mencapai 40 persen," kata dia pada diskusi terkait HIV/Aids bersama media dan pemerhati ODHA di Makassar, Selasa (20/8).
Berdasarkan laporan 541 kabupaten/kota se-Indonesia pada 2019, estimasi secara nasional terdapat sebanyak 640.443 ODHA dengan jumlah yang pernah mendapat ARV 224.471 orang. Namun yang tetap melakukan on treatment atau pengobatan ARV hanya 108.479 orang.
Dengan demikian, capaian Indonesia terhadap ODHA untuk memperoleh pengobatan melalui ARV masih di bawah 20 persen.
ARV merupakan satu-satunya obat yang bisa menekan virus HIV dalam tubuh. Obat ini membantu virus HIV tidak semakin menular dan mengakibatkan daya imun menurun yang akibatnya tubuh sangat mudah diserang berbagai penyakit.
Penggunaan ARV sangat penting karena bisa menjadi suplemen penyambung hidup ODHA untuk beraktivitas seperti sedia kala. Tentunya dengan kedisiplinan mengonsumsi ARV setiap hari dan seumur hidup.
"Jika tidak minum ARV kemungkinannya hanya bisa bertahan tiga sampai lima tahun. Ini pun tergantung pola hidup mereka masing-masing," paparnya.
Data Kementerian Kesehatan menyebutkan kelompok paling banyak terdeteksi sebagai ODHA didominasi oleh umur antara 25-49 tahun. Mirisnya, kelompok umur selanjutnya telah banyak didapati pada mereka yang berusia 20-24 tahun.