REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kalangan remaja putri di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menerima tablet tambah darah (TTD) dari Dinas Kesehatan. Tablet penambah darah bertujuan mencegah anemia atau kekurangan zat besi.
"Jika remaja putri itu anemia dan hamil maka berpotensi melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir rendah (BBLR)," kata Pelaksana Program Gizi Puskesmas Kalanganyar Lebak Rena Kurnia Febriana saat sosialisasi pemberian TTD di SMAN 1 Kalanganyar Kabupaten Lebak, Selasa (20/8).
Pemberian TTD itu dibagikan pada remaja putri yang menimba ilmu di jenjang pendidikan SMP, SMA dan Pondok Pesantren agar terhindar anemia.
Anemia merupakan persoalan serius sebab remaja putri nantinya akan menikah dan hamil. Ibu yang anemia sangat berpotensi melahirkan anak stunting.
Pemberian TTD pada kalangan remaja putri dilaksanakan rutin setiap bulan untuk mencegah anemia. Selama ini, kata dia, perempuan kerap kali menstruasi dan banyak membuang darah, sehingga diperlukan asupan mineral dan vitamin yang baik dan terpenuhi.
Apabila, remaja putri itu hamil dan gizi janin di ibu yang darah rendah mengalami kekurangan pasokan oksigen, makanan ke janin dapat menyebabkan bayi yang lahir mengalami stunting dan BBLR. "Kami berharap pemberian TTD itu dapat mencegah anak-anak dari lahir stunting," ujarnya.
Selama ini, para remaja putri sudah mengetahui pentingnya pemberian TTD guna mencegah anemia melalui kegiatan sosialisasi ke sekolah dan ponpes. Remaja menerima TTD itu sebanyak empat tablet/bulan dan hingga kini masih berjalan.
Namun demikian, di wilayahnya kerjanya terdapat ibu hamil mengalami kurang energi kronik (KEK) tercatat 42 orang setelah dilakukan lingkar lengan atas hanya 23,50 sentimeter dengan berat badan 45 kilogram. Ibu hamil yang masuk kategori KEK tentu akan melahirkan anak stunting akibat kekurangan nutrisi gizi.
Sedangkan, jumlah balita di Kecamatan Kalanganyar tercatat 3.315 anak dan di antaranya 34 balita teridentifikasi stunting. "Kami memfokuskan penanganan ibu hamil yang mengalami KEK dan anak stunting dengan pemberian makanan tambahan dan pemberian TTD," katanya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Sri Agustina Sinuhaji mengatakan berdasarkan hasil penimbangan Februari 2019 jumlah kasus stunting baik yang pendek maupun sangat pendek di Lebak tercatat 6.991 balita.
Penyebab kasus stunting itu diakibatkan kekurangan gizi kronis yang lama, pola asuh yang kurang baik, daya beli, ketersedian pangan dan pernikahan dini. Selain itu juga akses lingkungan, termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadikan salah satu faktor penyebab stunting, katanya.
Pemerintah daerah mengoptimalkan penanganan stunting melalui sosialisasi, pemberian makanan tambahan untuk balita, tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri dan pemeriksaan ibu hamil. "Kami memfokuskan pencegahan karena daerah ini masuk kategori tinggi kasus stunting," katanya.