REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jumlah kematian akibat penyakit kardiometabolik, seperti jantung, strok, diabetes, dan tekanan darah tinggi di Amerika Serikat (AS) dilaporkan mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal medis JAMA pada Selasa (27/8) lalu, kematian akibat kondisi tersebut pernah menurun, namun pada 2010 mencapai titik perubahan menjadi semakin tinggi.
“Kami kehilangan arah dalam upaya melawan penyakit kardiovaskular. Kami terus mencoba memahami apa yang mempengaruhi hal ini, untuk nantinya membantu mengarahkan strategi spesifik sebagai tindakan pencegahan," kata Saidya Khan, asisten profesor di bidang kardiologi dari Feinberg School of Medicine di Chicago seperti dilansir CNN.
Khan yang merupakan penulis senior dalam penelitian juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa jumlah kematian akibat penyakit ini lebih tinggi diantara orang kulit hitam di Amerika. Penelitian telah menemukan bahwa usia dewasa memiliki tingkat kematian terkait kardiometabolik yang lebih tinggi daripada orang kulit putih dan secara khusus pria kulit hitam memiliki tingkat kematian tertinggi.
“Kami perlu mengurangi kematian akibat penyakit kardiometabolik dan kita perlu menemukan strategi untuk mengurangi kesenjangan," kata Khan menambahkan.
Khan mengatakan penelitian telah menjelaskan bahwa saat ini harapan untuk melawan penyakit kardiovaskular sangatlah tipis. Namun, bukan berarti tak ada yang dapat dilakukan. Ia menegaskan diperlukan pencegahan untuk mencapai tujuan hidup lebih lama, dengan hidup sehat.
Penelitian baru melibatkan analisis data dari sertifikat kematian di pusat-pusat Pengendalian Penyakit AS. Sertifikat kematian yang dianalisi tertanggal dari 1999 hingga 2017.
Dari data yang ada, menujukkan bahwa pada 1999, total kematian terkait penyakit kardiovaskular adalah 725.192 akibat penyakit jantung, 167.366 akibat stroke, 68.399 karena diabetes, dan 16.968 karena hipertensi. Pada 2017, jumlah kematian akibat jantung adalah 644.457, dengan 146.383 karena stroke, 83.564 karena diabetes, dan 35.316 karena hipertensi.
Dari 1999 hingga 2017, sebanyak 12,3 persen kasus penyakit terkait kardiometabolisme secara fatal dialami orang kulit hitam dan 85,1 persen pada orang kulit putih di AS. Sementara, 51,3 persen terjadi pada perempuan. Para peneliti juga menemukan bahwa tingkat kematian untuk penyakit jantung menurun antara 1999 dan 2010, dan sepanjang tahun-tahun tersebut, ada 8,3 persen lebih sedikit kematian.
"Studi kami juga tidak dapat secara definitif menyatakan apa yang mendorong perubahan dalam tingkat kematian kardiometabolik, tetapi obesitas kemungkinan merupakan penyebab utama," jelas Khan.
Menurut American College of Cardiology, ada sekitar 47 juta orang di AS yang hidup dengan gangguan kardiometabolik, menempatkan mereka pada peningkatan risiko penyakit jantung atau diabetes tipe 2. Perubahan dalam tingkat kematian kardiometabolik dari 1999 hingga 2010 dibandingkan 2010 hingga 2017 memberi ‘alarm peringatan’ bagi Dave Montgomery, seorang ahli jantung di PREvent Clinic di Sandy Springs, Georgia.
"Meningkatnya tingkat kematian karena hipertensi pada orang kulit hitam, menimbulkan kekhawatiran yang paling besar, Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk stroke di AS,” ujar Montgomery.
Sementara itu, seorang profesor di Fakultas Kedokteran Universitas California, San Diego, yang juga merupakan ahli jantung, Eric Adler mengatakan untuk mencegah risiko pribadi dari penyakit kardiometabolik, ada beberapa hal yang secara khusus disarankan. Diantaranya adalah mengkonsumsi makanan yang sehat, berolahraga, mengontrol tekanan darah Anda, mengelola stres yang berlebihan dan tidak merokok.
"Pada era 80-an dan 90-an, kami membuat langkah besar dalam mengobati penyakit kardiovaskular dan saya pikir sebagian besar dari hal itu merupakan hasil dari upaya kesehatan masyarakat, seperti menurunkan penggunaan tembakau, dan mengetahui hubungan antara kolesterol dan penyakit kardiovaskular ini," kata Adler.