REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas penyakit bisa terjadi pada pria dan wanita. Meski begitu, beberapa ada yang hanya menyerang salah stau jenis kelamin saja, dan persentase menyerang ke yang lain lebih sedikit atau salah satunya menghasilkan masalah yang lebih buruk.
Salah satunya adalah penyakit Crohn, sejenis penyakit radang usus. Penyakit yang masih jarang dikenal ini lebih mempengaruhi wanita daripada pria.
"Ada komponen yang terkait dengan keluarga berencana, kehamilan, kesuburan, menstruasi dan menopause," kata Ahli Gastroenterologi The Ohio State University Wexner Medical Center and medical director of The Ohio State University Inflammatory Bowel Disease Center Dr. Anita Afzali, dikutip dari USNews, Ahad (1/9).
Penyakit Crohn adalah jenis penyakit radang usus, yang merupakan kelainan autoimun menyebabkan peradangan pada lapisan saluran pencernaan. Crohn dapat terjadi di mana saja di saluran pencernaan dari mulut ke anus, dan peradangan ini sering muncul di bagian yang tidak rata yang tidak terus menerus di sepanjang seluruh saluran.
Gejala paling umum penyakit Crohn seperti sakit perut dan diare. Namun, gejala lain bisa berupa penurunan berat badan, demam, dan pendarahan dubur. Sedangkan gejala khusus yang hanya terjadi pada wanita seperti periode mesntruasi tidak teratur, gejala yang lebih buruk saat menstruasi, kekurangan zat besi, masalah kesuburan, hingga rasa sakit saat berhubungan seks.
The Crohn's & Colitis Foundation melaporkan, banyak wanita dengan penyakit Crohn atau radang usus besar mengalami menstruasi yang tidak teratur. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap periode menstruasi yang tidak teratur, termasuk kadar hormon, nutrisi yang cukup, dan stres.
Bagi penderita penyakit ini, pada saat menstruasi, gejalanya sebenarnya lebih buruk daripada orang yang tidak menderita penyakit tersebut. Meskipun, hingga saat ini belum sepenuhnya jelas hal itu bisa terjadi.
"Sedikit efek hormonal. Juga, menstruasi adalah keadaan peradangan, yang berarti menstruasi adalah suatu bentuk tekanan fisiologis pada tubuh, yang dapat mengakibatkan peningkatan sel-sel inflamasi," ujar Afzali.