REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit Crohn atau dikenal sebagai jenis penyakit radang usus (IBD) lebih memberikan dampak pada perempuan. Bahkan, beberapa perempuan memiliki kekhawatiran menurunkan penyakit tersebut pada anak-anaknya.
Beberapa perempuan dengan penyakit Crohn bahkan memilih untuk tidak memiliki anak karena alasan emosional atau psikologis. Dibandingkan dengan pria, wanita dengan masalah ini cenderung memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi, tingkat kecemasan yang lebih tinggi, dan tingkat dysmorphia tubuh yang lebih tinggi karena penyakit dan efek samping obat.
Ahli Gastroenterologi The Ohio State University Wexner Medical Center Dr. Anita Afzali memperkirakan sekitar 10 persen hingga 15 persen wanita dengan penyakit tersebut memilih untuk tidak mempertimbangkan kehamilan atau keluarga berencana karena sejumlah alasan. "Misalnya, beberapa mengatakan, 'Saya tidak akan pernah ingin bayi saya menjalani apa yang saya alami.' Atau, 'Saya tidak ingin meneruskan ini kepada bayi saya.' Ada banyak persepsi yang tidak menguntungkan tentang apa penyakit itu, dan mereka mungkin merasa mereka harus disalahkan karena memiliki penyakit," ujarnya dikutip dari USNews, Ahad (1/9).
Kekhawatiran lain yang dimiliki beberapa perempuan adalah kemungkinan tidak hanya menularkan penyakit, namun, obat-obatan yang dikonsumsi berdampak pada anak. Crohn dan kolitis ulserativa dapat dikelola dengan berbagai obat kuat, yang terbaru di antaranya adalah obat yang disebut biologics yang memangkas respons kekebalan tubuh dan proses peradangan.
Beberapa wanita khawatir obat-obatan ini akan mengganggu perkembangan sistem kekebalan bayi saat dalam kandungan dan sesudahnya saat ibu menyusui. Namun, Afzali mengatakan kekhawatiran ini tidak didukung oleh data.
Obat-obatan yang saat ini diresepkan untuk Crohn dianggap aman untuk dikonsumsi selama kehamilan. Ketika perempuan merasa khawatir tentang dampak yang diberikan saat periode menyusui, Afzali menyarankan, maka sebaiknya tidak perlu melakukan terapi terlebih dahulu..
Obat-obatan yang diresepkan untuk mengelola IBD memang dapat berdampak pada kemampuan bayi untuk melawan infeksi. Hanya saja, manfaat mengendalikan penyakit Crohn biasanya lebih penting daripada kekhawatiran tentang kemungkinan infeksi.
"Kami ingin para ibu mempertahankan pengobatan yang berhasil dan memberi mereka bayi yang sehat karena jika mereka menghentikan pengobatan, penyakit yang menyebar menyebabkan lebih banyak masalah. Kami juga tidak ingin mereka berhenti menyusui. Semua terapi kompatibel dan aman dengan laktasi. Menyusui dianjurkan dan kita tentu tidak menentang untuk melanjutkan terapi saat menyusui," ujar Afzali.