REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak bisa dipungkiri bahwa dampak kabut asap cukup meluas. Tak hanya merugikan masyarakat dari segi ekonomi, tetapi juga berdampak besar bagi gangguan kesehatan.
Salah satu dampak kabut asap bagi kesehatan, yakni hipoksia. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Ari F Syam mengatakan, hipoksia atau kondisi kekurangan oksigen akibat kabut asap dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.
"Penelitian membuktikan bahwa kondisi hipoksia sistematik kronik dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal, jantung dan lambung," ujar Ari di Jakarta, Sabtu (14/9).
Dia menambahkan, di dalam tubuh, keseimbangan oksigen dijaga oleh sistem kardiovaskuler dan sistem pernafasan. Hipoksia seharusnya dihindari, apalagi pada orang yang sudah mempunyai permasalahan pada pembuluh darah, baik pada pembuluh darah otak maupun pembuluh darah jantung.
Kadar oksigen yang rendah menyebabkan jantung akan mengalami penurunan pasokan oksigen yang berat yang dapat menyebabkan terjadinya infark atau kematian jaringan. Begitu pula pada orang yang sudah mempunyai permasalahan pembuluh darah otak, kekurangan oksigen dapat memperburuk kondisi pasien hingga mengakibatkan pasien tidak sadarkan diri.
Meski demikian, Ari menyebut perlu menghitung berapa banyak penurunan kadar oksigen yang terjadi akibat kabut asap, yang menutupi Pekanbaru dan kota-kota lain di Tanah Air. Di sisi lain, komponen asap akibat kebakaran hutan juga harus dianalisa sehingga dapat diprediksi dampaknya buat kesehatan.
Akhirnya memang perlu penelitian lebih lanjut mengenai kandungan asap yang ada dan dampak penurunan kadar oksigen sehingga dampak pada masyarakat dapat diprediksi dan diantisipasi. "Untuk sementara memang masyarakat dianjurkan untuk tidak terhirup asap dan mencegah untuk tidak berada di luar rumah, saat jumlah asap masih tinggi," imbuh Ari.