Selasa 17 Sep 2019 11:29 WIB

Tetris dan Candy Crush Bantu Deteksi Penurunan Kognitif

Tetris dan Candy Crush adalah gim yang membutuhkan keterampilan jari.

Rep: Noer Qomariah K/ Red: Indira Rezkisari
Gim Candy Crush
Foto: EPA
Gim Candy Crush

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Sebuah studi baru menunjukkan gim di ponsel mungkin berguna dalam mendeteksi tanda-tanda penurunan kognitif. Gim gawai pintar populer tersebut adalah Tetris dan Candy Crush.

Tetris dan Candy Crush membutuhkan reaktivitas, keterampilan visuo-spasial, dan gerakan tangan multiple. Menurut sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti Inggris di Univeristy of Kent, gerakan tersebut secara langsung terkait dengan fungsi otak.

Baca Juga

Penelitian ini dipresentasikan pada 12 September di konferensi internasional Ubicomp 2019. Para peneliti menilai 21 kemampuan kognitif peserta dengan tes tertulis standar, kemudian dengan beberapa sesi bermain 10 menit Tetris, Candy Crush Saga, dan Fruit Ninja dalam dua periode berbeda di 15 hari terpisah.

Ketiga gim ini dipilih karena mudah dipelajari dan menarik, serta membutuhkan banyak gerakan jari. Dengan menggunakan sensor yang terpasang pada telepon, para peneliti dapat membangun hubungan antara gerakan rotasi dan tingkat kinerha kognitif para sukarelawan. Terutama kemampuan mereka untuk berkonsentrasi, mengingat, dan melakukan tugas pencarian visual dan visuo-spasial.

Menurut para peneliti, dokter dapat menggunakan permainan ini untuk mendeteksi perubahan kapasitas motor yang sering diamati pada pasien dengan penyakit Alzheimer, strok, skizofrenia, atau gangguan obsesif-kompulsif.

“Kami sangat terdorong oleh hasil penelitian dan sejak itu telah mengumpulkan data dari pasien yang menunjukkan tanda-tanda kerusakan otak,” kata penulis utama studi ini Dr Chee Siang Ang, seperti dilansir dari Malay Mail, Selasa (17/9).

“Analisis tambahan ini memperkuat kesimpulan penelitian asli kami. Kami sekarang bekerja untuk merancang algoritma yang dapat melakukan pemantauan otomatis kinerja kognitif individu saat bermain gim ini,” ujar Dr Ang menambahkan.

Ia mengungkapkan alat ini juga dapat digunakan dengan atlet yang berisiko cedera otak traumatis. Yakni seperti petinju, pemain rugby, dan pemain sepak bola.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement