REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan hamil rentan mengalami stres karena berbagai perubahan fisik dan psikologis yang membuat diri tidak nyaman. Di antaranya mudah mual dan muntah, suasana hati berubah-ubah, hingga stretch mark di kulit.
Psikolog keluarga Putu Andani mengemukakan dua metode mengelola stres yang bisa diterapkan saat sedang mengandung agar tidak berdampak negatif pada ibu dan janin. "Selain dukungan suami dan keluarga serta teman, seorang ibu juga harus bisa menopang dirinya sendiri," ujar Putu di Jakarta, Selasa (17/9).
Dua metode yang bisa diterapkan adalah fokus pada masalah dan emosi, tergantung pada sumber persoalan yang dihadapi. "Bila masalahnya berada dalam kendali ibu, gunakan metode problem focus, cari solusi agar stres turun," katanya.
Putu mencontohkan masalah-masalah yang solusinya bisa dikendalikan ibu hamil seperti ngidam makanan manis padahal ia mengidap diabetes. Sang ibu bisa berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan anjuran nutrisi yang sesuai.
Metode kedua, fokus pada pengendalian emosi. Ini bisa dilakukan saat ibu menghadapi stres yang sumbernya di luar kendali dan mau tidak mau harus dihadapi.
Ketika itu terjadi, Putu menyarankan ibu mencari kegiatan pengalihan agar emosi yang meluap-luap akhirnya mereda. "Mau nonton atau baca, apa pun kegiatan yang membuat tenang," ujarnya.
Putu juga menyarankan para ibu hamil untuk membuka diri dengan bercerita pada orang lain, baik secara verbal atau lewat tulisan di blog. Mengekspresikan diri lewat tangisan juga sah-sah saja, ujar dia, karena itu merupakan bentuk membuka diri agar hati menjadi lebih plong dan tenang.
"Jangan takut menangis dan berkeluh kesah, itu bagian dari membuka diri, emotional focus coping," tuturnya.
Dia juga menyarankan para ibu hamil untuk menikmati apa yang sedang dilakukan dan tak lupa lupa berserah dan berdoa.
Dua metode kelola stres itu harus dikombinasikan dalam menghadapi setiap masalah agar solusinya tepat sasaran, demikian menurut Putu.