Rabu 18 Sep 2019 01:00 WIB

Ilmuwan Gunakan Alat Pengedit Gen untuk Obati Infeksi HIV

Alat pengedit gen menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk mengobati infeksi HIV.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas mengeluarkan sampel darah di atas perangkat rapid test HIV/AIDS di STKIP Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (24/7/2019).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Petugas mengeluarkan sampel darah di atas perangkat rapid test HIV/AIDS di STKIP Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (24/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim peneliti asal Cina menggunakan alat pengedit gen bernama CRISPR untuk menyembuhkan infeksi HIV. Percobaan pertama memang belum berhasil, akan tetapi pendekatan ini menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Alat CRISPR ini digunakan dengan menyasar sel darah putih pasien yang sudah berubah. Dengan menggunakan alat ini, diharapkan sel darah putih dapat menolak virus yang menyebabkan AIDS.

Baca Juga

Pada percobaan pertama, CRISPR belum berhasil menyembuhkan infeksi HIV pada pasien. Akan tetapi, penggunaan alat CRISPR terbukti dapat bekerja dengan teliti dan aman untuk pasien. Penggunaan alat CRISPR juga tampak memiliki potensi yang menjanjikan di masa depan untuk membantu proses penyembuhan infeksi HIV.

"Itu merupakan temuan yang bagus untuk bidang ini," terang ahli genetik dari University of Pennsylvania Dr Carl June, seperti dilansir WebMD.

Human immunodeficiency virus (HIV) dapat melemahkan sistem imun sehingga tubuh tidak dapat melawan beragam ancaman kesehatan dari kuman, virus, hingga jamur. Infeksi HIV juga dapat menyebabkan AIDS di kemudian hari.

Seseorang yang terinfeksi HIV bisa dengan mudah jatuh sakit akibat hal-hal yang umumnya tidak membuat orang sehat menjadi sakit. Sedangkan orang-orang dengan AIDS cenderung lebih mudah terkena penyakit-penyakit yang tak biasa.

Hingga saat ini, HIV, dan AIDS tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi, beberapa obat-obatan yang tersedia saat ini dapat membantu pasien HIV maupun AIDS untuk hidup dengan lebih sehat dan mendapatkan harapan hidup yang lebih panjang.

Ada beragam terapi yang secara signifikan dapat memperlambat perkembangan infeksi HIV. Sesaat setelah terdiagnosis, dokter akan segera memberikan rencana terapi antiretroviral (ART) dengan berbagai tipe obat anti-HIV kepada pasien.

Obat-obatan yang diresepkan oleh dokter ini perlu digunakan pada waktu yang tepat setiap hari. Jika tidak, virus-virus yang sudah bersemayam di dalam tubuh akan berubah menjadi strain virus yang lebih sulit untuk diobati.

Sebagian besar pasien dapat menoleransi efek samping dari obat-obatan dalam terapi ART. Akan tetapi, sebagain pasien mungkin mengalami beberapa efek samping seperti mual, muncul ruam merah pada kulit, kelelahan, mengalami mimpi aneh atau insomnia, hingga masalah hati.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement