REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diagnosis infeksi jamur di paru tidaklah mudah untuk ditegakkan. Padahal, kasusnya cenderung meningkat. Kendala itu terjadi karena gejala dan tanda penyakit infeksi jamur sulit dibedakan dengan infeksi bakteri maupun mikroorganisme lain.
"Kewaspadaan dokter pada umumnya belum memadai, fasilitas diagnostik juga masih terbatas dan belum terintegrasi, akibatnya pengobatan infeksi jamur juga sering terlambat atau tidak optimal, sehingga angka kesakitan dan kematian masih tinggi," ungkap Ketua Pokja Bidang Mikosis Paru Dr dr Anna Rozaliyani MBiomed SpP di sela acara konferensi pers Infeksi Jamur dan Masalahnya di Jakarta belum lama ini.
Menurut Anna, kunci utama keberhasilan penegakan diagnosis dini infeksi jamur di paru adalah kecurigaan atau kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan infeksi tersebut, khususnya berdasarkan anamnesis faktor risiko dan penyakit dasar. Pasien yang mengalami batuk lama, sesak, nyeri dada, batuk darah, demam, penurunan berat badan, atau kelesuan terutama dalam tiga bulan terakhir, hendaknya bukan hanya dicurigai mengalami infeksi TB paru atau keganasan, tetapi juga perlu dipikirkan sejak awal kemungkinan mikosis paru.
Pada pasien asma yang tidak terkontrol dan tetap mengalami serangan sesak, menurut Anna, perlu dipertimbangkan kemungkinan jamur sebagai pencetus asma. Selanjutnya harus dilakukan pemeriksaan fisik yang cermat diikuti pemeriksaan penunjang yang tepat, meliputi pemeriksaan laboratorium rutin, radiologi, maupun pemeriksaan khusus jamur (pemeriksaan mikologi).
Anna mengatakan, pemeriksaan laboratorium hendaknya dikerjakan dengan teliti dan diinterpretasikan dengan berhati-hati. Hal itu mengingat jamur dapat ditemukan sebagai kontaminan, komensal, kolonisasi, ataupun penyebab infeksi.
Ditemukannya elemen jamur di dalam dahak tanpa dukungan faktor risiko maupun gejala klinis, menurut Anna, tidak perlu langsung diobati, karena pengobatan seperti itu dapat menjadi berkelebihan. Pada kondisi tersebut, jamur berkemungkinan sebagai kontaminan atau kolonisasi yang tidak perlu diobati.
Selain pemeriksaan mikologi, informasi klinis yang lengkap dan hasil pemeriksaan radiologi akan sangat membantu penetapan diagnosis. Anna mengatakan, diagnosis dini dan tata laksana mikosis paru yang lebih baik harus terus diupayakan agar morbiditas, mortalitas, maupun kerugian lain dapat diturunkan.