REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Jumlah penyakit terkait vaping di Amerika Serikat (AS) dilaporkan terus mengalami peningkatan. Dilansir AP, dalam data terbaru, kasus ini telah mencapai 1.300 dan mengakibatkan sedikitnya 26 kematian.
Sebanyak 49 negara bagian di AS dan satu wilayah di Negeri Paman Sam itu juga telah melaporkan penyakit akibat vaping. Hingga saat ini, diketahui hanya Alaska yang menjadi negara bagian tanpa kasus ini.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), pada Kamis (10/10), ada 219 kasus dilaporkan dalam satu pekan terakhir. Jumlah ini meningkat sebanyak 275 dibandingkan dua pekan sebelumnya.
Penyakit yang terkait vaping ini pertama kali terjadi di AS sejak Maret lalu. Sejumlah gejala bagi orang yang terkena penyakit ini adalah sesak napas parah, kelelahan, dan nyeri dada.
Sebagian besar pasien mengatakan nampaknya mereka menghisap vape atau vapor yang mengandung THC. Ini adalah salah satu bahan yang terdapat dalam ganja.
Meski demikian, sekitar satu dari delapan lainnya mengatakan hanya menghisap vapor dengan kandungan nikotin. Hingga saat ini, penyebab penyakit terkait vaping belum diketahui secara pasti.
CDC telah mengingatkan agar warga Amerika tidak menggunakan vapor, yang selama ini ditujukan sebagai pengganti rokok atau seringkali juga disebut dengan rokok elektronik.