Jumat 18 Oct 2019 08:37 WIB

Banyak Masyarakat Urban Terjebak Sedentary Lifestyle

Sedentary lifestyle mengakibatkan meningkatnya angka penyakit.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Indira Rezkisari
Masyarakat perkotaan harus banyak bergerak agar tak terjebak kemudahan hidup modern.
Foto: Republika/Prayogi
Masyarakat perkotaan harus banyak bergerak agar tak terjebak kemudahan hidup modern.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Beragam akses dan layanan yang hadir di era digital tentu sangat memudahkan pekerjaan dan aktivitas masyarakat. Namun tanpa disadari, berbagai kemudahan itu juga bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan sebab seringkali membuat seseorang malas melakukan aktivitas fisik.

Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dr Andi Kurniawan mengatakan, saat ini banyak masyarakat perkotaan terjebak dalam sedentary lifestyle. Alias pola hidup yang mengarah pada aktivitas fisik yang rendah.  

Baca Juga

Fakta tersebut juga diperkuat dengan data Riset Kesehatan Dasar 2018. Riset menemukan masyarakat Indonesia yang kurang beraktivitas fisik mengalami peningkatan menjadi 33,5 persen dibanding tahun 2013 dengan persentase 26,1 persen.

“Dari memulai aktivitas hingga kembali ke rumah, kebanyakan orang menghabiskan lebih banyak waktunya untuk duduk. Tidak heran sekarang muncul istilah sitting is the new smoking karena memang terlalu banyak duduk terbukti menjadi faktor risiko penyakit kronis seperti jantung dan stroke,” kata dr Andi saat diwawancarai usai mengisi sebuah talkshow kesehatan di kawasan Pati Unus, Jakarta Selatan, Kamis (17/10).

Dia menjelaskan, setidaknya ada tiga hal utama yang sering dijadikan alasan seseorang untuk tidak bergerak rutin termasuk berolahraga. Antara lain tidak ada waktu luang, tidak memiliki peralatan olahraga yang memadai dan takut berkeringat.

Padahal melakukan aktivitas fisik atau olahraga bisa dilakukan secara sederhana. Bahkan bisa dilakukan sembari kerja dan tidak perlu menggunakan alat-alat olahraga.

Menurut Andi, timbulnya keringat juga tidak perlu ditakutkan karena keringat adalah suatu hal yang alami. Bahkan keringat memiliki beragam manfaat baik bagi tubuh seperti meluruhkan racun, memicu keluarnya hormon kebahagiaan hingga menurunkan risiko batu ginjal.

Untuk mencegah timbulnya bau tidak sedap dari banyak beraktivitas seseorang dianjurkan menggunakan deodoran. Idealnya, seseorang mengenakan deodoran setiap sehabis mandi atau ketika ketiak sudah dibersihkan.

“Perlu diketahui dan diingat bahwa keringat adalah suatu hal yang alami. Ibarat sebuah mobil, ia adalah radiator alami dari tubuh untuk menurunkan suhu badan setelah berolahraga. Yang perlu dijaga adalah bagaimana agar keringat itu tidak memicu bau tidak sedap,” ungkap dr Andi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement